Setelah Ahok memutuskan maju ke Pilgub DKI 2017 lewat jalur parpol, tidak otomatis polemiknya dengan PDIP selesai begitu saja. Partai banteng itu sekarang bersikap jual mahal dan mengatakan, "Ikuti mekanisme penjaringan cagub." Padahal, ketika sebelumnya sang Gubernur petahana itu memberikan sinyal untuk maju lewat jalur independen, partai pimpinan Megawati itu termasuk yang terdepan dan begitu beringas dalam menyerangnya.Â
Jadi bisa disimpulkan, sebenarnya yang diinginkan PDIP adalah supaya Ahok munduk-munduk dan tunduk sepenuhnya pada kemauan partai banteng itu agar bisa diajukan sebagai cagub DKI 2017. Namun sayang, Ahok bukan tipe orang yang mau disetir partai. Di sinilah letak benturan Mantan Bupati Belitung Timur ini dengan partai pemenang pemilu 2014 itu. Meminjam istilah Presiden Jokowi, kedua pihak -- lebih gamblangnya Ahok dan Megawati -- sama-sama mempunyai tingkat "ego sektoral" yang tinggi.
Kendati demikian, Ahok sebenarnya sudah merendah dengan melapor kepada Megawati mengenai keputusannya untuk maju lewat jalur parpol. Namun, tampaknya Mega sudah telanjur "terluka" dengan langkah-langkah Ahok selama ini. Jika sang banteng sudah telanjur ketaton (terluka), sepertinya sangat sulit untuk menyembuhkannya. Becermin dari sejarah hubungan Mega-SBY, luka semacam itu kelihatannya mustahil disembuhkan.
Sang Presiden sendiri, Jokowi, sebenarnya sudah berusaha untuk menurunkan tensi ego Mega. Ahok diajaknya satu mobil dengan putri Bung Karno itu dalam keberangkatan mereka menuju Rapimnas Golkar beberapa waktu yang lalu. Namun, Mega bergeming dengan sikapnya, tetap dingin dan tak menggubris Ahok. Tersirat betul bahwa sang banteng benar-benar terluka.
Ahok sendiri tampaknya mulai menyadari keadaan. Dia pun berkata bahwa tak mau ambil pusing dengan sikap PDIP dan hanya akan fokus untuk bekerja keras sebagai Gubernur DKI. Menurut saya itu sikap yang tepat. Untuk apa mengemis-ngemis kepada PDIP supaya didukung maju dalam Pilgub DKI 2017. Toh jumlah kursi partai pendukung (Nasdem, Hanura, Golkar) sudah mencukupi dan Teman Ahok pun akan tetap all out mendukungnya.
Biarkan sang banteng termangu-mangu dengan lukanya. Bila tetap berkeras dan bertinggi hati menolak mendukung Ahok, Mega sendiri sekarang berdiri di persimpangan, akan tetap meruda-paksa Sang Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, untuk melawan Ahok? Atau akan menari-nari mengikuti irama gendang Prabowo untuk mendukung Sandiaga Uno? Atau barangkali ada skenario politik lain, mengondisikan keadaan dengan "menciptakan peristiwa tertentu" yang memungkinkan Mega mendukung Ahok tanpa perlu menurunkan "harga dirinya"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H