Mohon tunggu...
Penulis Pinggiran
Penulis Pinggiran Mohon Tunggu... Lainnya - Semarang, Jawa Tengah

Ketidakmungkinan hanyalah sebuah opini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Akhir Tahun : Pesan Untuk Diri Sendiri

31 Desember 2020   09:48 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:02 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah pagi yang gerimis, saya tersadar bahwa penghujung tahun telah berada di sini. 2020 mungkin akan dikenang menjadi tahun yang berbeda, mengingat seluruh manusia dipaksa beradaptasi dengan wabah. Untuk bertemu dengan siapapun saja mesti dibarengi dengan rasa was-was. Lalu pemikiran-pemikiran paranoid menggema, ditantang oleh rasa ketidakpedulian. Dua kutub logika yang dua-duanya membuat batin tidak nyaman. Bergelut kerinduan akankah kondisi akan kembali seperti dulu.

Namun, dibalik semua cerita yang mengiringi langkah manusia di tahun ini, tak dapat dipungkiri ada hal-hal yang patut untuk disyukuri, setidaknya bagi saya pribadi. Jika ingin diungkapkan, barangkali tahun ini tidak terlalu buruk buat saya. Ya, tahun dimana saya belajar banyak hal, merasakan emosi yang lain, dan lika-liku yang lebih menantang. Kehilangan atmosfer lingkaran pertemanan, berganti dengan habitat baru yang ingin dibuat nyaman.

Tahun 2020, saya ingin mencatatkan pesan untuk diri sendiri.

Bersabarlah dalam ketidakpastian. Mungkin kita pernah punya rencana-rencana besar di masa depan, punya target-target tertentu yang ingin diraih, punya impian-impian lain yang bergemuruh. Adakalanya semua itu terbentur dengan kenyataan dan ketidakpastian, ataupun peperangan antara ambisi dengan zona nyaman. Tapi, Tuhan punya rencana, dan yakinlah itu lebih baik dari yang pernah kita bayangkan.

Lakukan hal yang bisa dilakukan. Dari sekian banyak pilihan, adakalanya justru kita tak dapat menentukan pilihan. Dipaksa memikul beban yang sama sekali bukan di jalur yang kita inginkan. Namun di sisi lain amanah mendera, dan kita tak ingin mengecewakan siapapun, terutama mereka yang banyak berjasa dalam hidup kita. Kala itu saya berpikir, "Baiklah, ini sudah takdir." Maka saya tidak lagi menemukan alasan untuk mengeluh mengapa ini terjadi, lalu cukup berfokus pada hal-hal yang dapat dilakukan dan mencari hiburan sendiri kala diperlukan.

Bergeraklah meskipun tertatih, asalkan tidak diam. Apa kabar impian? Apa kabar rencana-rencana indah yang pernah dituliskan? Pertanyaan itu seringkali datang, terutama di saat kebuntuan mendera dan kelelahan teramat sangat. Ketahuilah, langit akan senantiasa jadi perantara do'a-do'a. Allah Mendengar, karena itu tak ada kata putus asa. Torehkan asa itu meskipun tinta hampir mengering, dan tetaplah percaya dan jangan berhenti melangkah.

Jangan biarkan dunia memperdayamu. Keberlimpahan sekali-kali akan datang di saat kita tidak menyangkanya sama sekali. Rezeki akan terus mengalir mencari siapapun. walaupun ia hanya berupa makhluk uniseluler bahkan tak bernyawa sekalipun seperti virus. Namun ingat, semua itu adalah fasilitas duniawi. Jangan menjadi bodoh dengan membuatnya prioritas, dan jangan menjadi hina dengan menjadikannya tolok ukur ibadahmu. Yang hak tetaplah hak, dan ia bisa berwujud apa saja, termasuk kesempatan, kesehatan, dan kebahagiaan.

Hargailah mereka yang peduli padamu. Kerinduan akan terasa saat tersadar orang-orang terdekatmu berada jauh. Di saat ingin tertawa kita seakan tak dapat melakukannya tanpa mereka, ataupun tidak sama ketika mereka hadir di samping kita. Mereka yang bersedia mendengar keluh kesah dan memberi nasihat ketika dibutuhkan adalah mereka yang peduli kepadamu. Maka jagalah hubungan baik dengan mereka karena mereka sangat berharga.

Jangan pedulikan omongan yang tak berguna. Dunia tidak terbagi menjadi golongan jahat dan golongan baik, tapi ditentukan oleh pilihan masing-masing. Allah Maha Adil dan tidak menganiaya siapapun melainkan diri mereka sendiri yang memilih haq ataupun bathil. Maka dari itu, tidak akan ada cerita yang tidak disertai konflik. Permasalahan terbanyak manusia adalah perkara yang berasal dari mulut, diikuti perilaku dan pemikiran. Rupanya, sebagian besar yang diomongkan oleh mulut itu tak semuanya berguna jika tak boleh dibilang sampah. Maka, maafkan saja dan jangan pedulikan, dan jangan bodoh dengan menghabiskan energi untuk meratapi hal semacam itu. Amal kita tidak tergantung dengan komentar orang lain, hoax, dan gosip receh, melainkan niat dan perbuatan kita sendiri. Justru sebaliknya, omongan yang demikian sudah cukup untuk mengetahui sejauh mana karakter seseorang sehingga dapat dijadikan pelajaran berharga, minimal agar kita tidak seperti mereka.

Jadilah diri sendiri. Barangkali ada kalanya kita merasa tidak pantas dan mampu. Insekuritas dan ketidakpercayaan pada diri sendiri membuat kita meragukan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Jika itu terjadi, bicaralah dengan orang terdekatmu, jangan memaksakan diri dan lakukan yang terbaik dari apa yang bisa dilakukan. Insyaallah, hal itu akan membuatmu lebih baik, bahkan kau tak akan menyangka kau bisa melakukannya lebih dari yang kau bayangkan. Bersyukurlah sampai batas terbaikmu. Meskipun tahun 2020 adalah tahun yang berat, maka jangan pernah lewatkan hari tanpa bersyukur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun