Seperti kita ketahui bersama bahwa masyarakat di dunia sekarang disibukan dengan kekhawatiran pandemi yang melanda. Apalagi kalau bukan pandemi Corona Virus atau biasa disebut Covid-19.Â
Pandemi Covid-19 menyebabkan berbagai bidang aspek yang ada diberbagai negara semakin melemah. Tak terkecuali di Indonesia. Hal ini kemudian memaksakan berbagai kalangan baik pemerintah maupun masyarakat mau tidak mau harus berusaha untuk melewati dan menghadapi pandemi ini.
Pada awal penyebaran Covid-19, sebagian kalangan masih terlalu banyak yang mengabaikan yang kemudian disusul dengan jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 semakin banyak.Â
Tak hanya di satu daerah, bahkan hampir seluruh daerah yang ada di Indonesia sudah mulai terjangkit Covid-19. Respon kekhawatiran serta ketakutan dari berbagai kalangan muncul pada saat angka kematian naik dengan cukup signifikan pada saat itu .
Berbagai upaya dalam bentuk kebijakan dari pemerintah pusat maupun daerah  guna mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas sudah dilaksanakan, diatarannya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah dilaksanakan di berbagai daerah.Â
Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) non-PSBB yang ada di Semarang. Dalam kebijakan tersebut berbagai tempat diharuskan untuk ditutup seperti pasar, mal, tempat ibadah, sekolah, kampus, serta berbagai tempat wisata. hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk tetap berada di rumah dan menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya serta tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan baik.Â
Namun semenjak berbagai pelaksanaan kebijakan yang diterapkan pemerintah pusat maupun daerah ini masih belum menunjukan tanda-tanda baik, mengingat hari ini (Selasa 06 Juni 2020) Gugus Depan Penanganan Covid-19 pusat telah mencatat sebagai  kenaikan tertinggi sebanyak 1.043 kasus baru sehingga total pasien Covid-19 yang ada di Indonesia bertambah menjadi 33.076.
Berbagai dampak yang timbul dari adanya Covid-19 terus meluas, termasuk dampak pada ekonomi. Kasus PHK banyak terjadi dimana-mana. Dilansir dari CNBC Indonesia Kementrian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat ada sekitar 3,05 juta orang pekerja di Indonesia yang terdampak kemudian di PHK dan dirumahkan (per 2 Juni 2020) Â serta angka pengangguran bertambah sebanyak 5,23 juta jiwa apabila pandemi Covid-19 ini terus meluas.Â
Melonjaknya jumlah pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap tenaga kerja ini didapat dari jumlah minat masyarakat yang mengikuti program kartu prakerja. tak hanya pada ekonomi saja, semua masyarakat juga semakin dibuat khawatir dengan keadaan yang ada.Â
Melihat berbagai dampak aspek yang ditimbulkan, kemudian muncul lah sebuah strategi baru yaitu "New Normal". New Normal ini dianggap sebagai salah satu upaya untuk tetap produktif dan aman dari Covid-19, Strategi ini muncul dengan dasar memulihkan ekonomi, mengingat perekonomian di Indonesia diambang kelumpuhan dan menghambat segala aktivitas perekonomian .Â
Lantas mengapa Pemerintah begitu cepat mengambil langkah ini? apakah tidak ada opsi lain? mengingat kalau dilihat dari data yang dikumpulkan Lapor Covid-19 dari 24 provinsi yang ada angka penyebaran Covid-19 ini justru malah mengalami kenaikan, baik dari Orang Dalam Pantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) serta kasus pasien positif yang bertambah banyak, walaupun di imbangi dengan  jumlah pasien sembuh yang juga bertambah banyak.Â
Berbagai responpun mulai bermunculan, bagi kalangan pro ada yang menyambutnya dengan senang hati bertanda bahwa seolah-olah semua sudah mulai terbebas dari Covid-19 dan bisa kembali hidup dengan normal. semua bisa bekerja kembali, bisa bersekolah, bisa berliburan atau sekadar main keluar kota. Namun harus dengan tertib melaksanakan protokol kesehatan yang telah ditentukan.Â
Respon bagi kalangan kontra mungkin menyisakan sebuah pertanyaan. Apakah yakin dengan kebijakan New Normal ini dapat mengembalikan Perekonomian Indonesia?Â
Apakah ini juga bisa dijadikan solusi untuk menurunkan angka penyebaran Covid-19 yang hari ini terus bertambah dengan jumlah kasus sebanyak 30.076 ribu pasien positiv ? atau mungkin berdalih agar pemerintah dan masyarakat tidak bosan dengan kebijakan yang sudah diterapkan sebelumnya?Â
Ketika dalam kondisi yang sekarang ini, berbagai tempat kegiatan mulai dibuka seperti mall, sekolah, tempat ibadah dan tempat wisata. Coba bayangkan semua orang mulai bertemu dengan banyak temannya. apakah mungkin mereka sudah mampu mengendalikan diri serta melaksanakan protokol kesehatan dengan baik?Â
Apakah mungkin segala tempat yang sudah dibuka juga sudah menyiapkan segala bentuk kesiapan dan perlengkapan untuk menyambut mereka kembali? seperti menyediakan hand zanitizer, face shield (pelindung wajah) atau hal yang penting untuk selalu dibawah ketika berpergian, apalagai kalau bukan masker? mengingat pemakaian masker juga sudah diwajibkan, tetapi masih juga banyak yang melanggarnya.Â
Satu hal yang tidak luput untuk dipertanyakan, apakah masyarakat bisa tertib dan disiplin dengan protokol yang sudah ditentukan? Karena pada dasarnya masyarakatlah yang menentukan terkait sukses atau tidaknya sebuah kebijakan. Jika memang New Normal adalah jalan keluar pemerintah didalam menangani Covid-19. Bisakah New Normal ini dijadikan sebuah solusi untuk menuju keadaan yang lebih baik??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H