Mohon tunggu...
Anang Susilowanto
Anang Susilowanto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas UPTD SDN Ketapang Barat 5

Membaca dan mencoba hal baru adalah hal yang mengasyikkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Muda di Sekolahku

29 September 2023   22:13 Diperbarui: 29 September 2023   22:58 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekolah tempatku mengajar terletak di tengah-tengah perkampungan nelayan. Sehingga selalu ramai oleh ragam kegiatan masyarakat. Namanya saja perkampungan nelayan, otomatis sebagian besar masyarakat sana bermatapencaharian yang berhubungan dengan hasil laut. Mulai dari jnelayan, pedagang sampai mereka yang mengolah hasil laut seperti terasi dan petis.

Seperti kampung nelayan lain, putus sekolah dan perkawinan usia muda adalah sesuatu yang banyak terjadi. Alasannya lagi-lagi masalah ekonomi dan kebiasaan  yang telah berlangsung secara turun temurun.

Seorang anak laki-laki lebih memilih untuk ikut bekerja sebagai nelayan yang menghasilkan uang daripada bersekolah. Yang perempuan cenderung segera menikah karena kultur masyarakat yang telah mentradisi.

Sehingga si laki-laki lebih banyak diluar rumah karena pekerjaan sebagai nelayan yang menuntut demikian. Yang perempuan lebih banyak mengurus rumah tangga termasuk mengantar bahkan menunggui anak-anak mereka yang masih kelas rendah.

Seperti hari itu, tampak seorang perempuan  muda yang menggendong anaknya yang masih bayi sedang mengantar anaknya yang lain yang duduk di kelas satu. Wajahnya biasa, tetapi karena pembawaan yang anggun, menjadikannya dia tampak luar biasa.

Sering kucuri pandang, kemudian lamunanku melayang sampai langit ketujuh yang kemudian terhempas gara-gara bel sekolah berbunyi nyaring.

Pernah pula kami saling ketemu pandang dan akhirnya kami sama-sama tertunduk malu.

Suatu hari anak perempuan tadi memuiku di kelas dan berkata dengan keras, "Pak, ada salam dari ibuku."

"Waalaikum salam," jawabku, "Salam apa katanya?" tanyaku sekenanya.

Anak tersebut menjawab dengan polos, "Salam I love you ........." disambut dengan sorak sorai muridku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun