Pertamakali  terjun ke dunia pendidikan sebagai guru honorer. Yah, pada waktu itu berdiri sebuah Unit Sekolah Baru (USB) yang membutuhkan tenaga TU yang bisa komputer dan guru BK. Jadilah saya yang lulusan S1 Psikologi sebagai guru BK juga diperbantukan  sebagai TU.
Dituntut masuk setiap hari dan menyetor berkas ke kantor dinas kabupaten yang berjarak 40 km adalah kewajiban yang harus saya jalani. Bukannya jalan lurus dan halus laksana jalan tol, tetapi jalan berlubang dan berliku yang harus ditempuh. Lelah? Tentu. Kata orang bijak di media sosial: semoga lelah menjadi lillah, kerja keras takkan menghianati hasil, Tuhan tidak pernah tidur dsb.
Dengan tanggung jawab yang begitu berat tadi tidak banyak juga honor dari pekerjaan itu. Selama 5 tahun dibayar 200 ribu tiap bulan. Cukupkah?
Untunglah saya punya usaha sampingan. Yakni menerima ketikan. Juga menyediakan perlengkapan komputer. Pada waktu itu belum ada toko yang menyediakan perlengkapan komputer. Jadi saya bersama seorang teman membaca peluang itu. Jadilah sebulan 2 Â atau 3 kali ke THR Surabaya berbelanja kebutuhan tersebut. Â Hasil yang kami dapat? Gak banyak sih. Hanya setara dengan gaji PNS golongan IIIa rata-rata perbulannya.
Posisi saya pada waktu itu belum berkeluarga. Jadi dengan uang yang dihasilkan dari jasa ketik cukuplah untuk menabung. Sering bahkan membanto dana apabila di sekolah hendak mengadakan kegiatan. Sering juga mentraktir teman sesama guru honorer walaupun Cuma segelas kopi.
Betul juga kata orang bijak, kerja takkan pernah menghianati hasil.
Mulai menjadi guru honor mulai tahun 2008. Terjaring sertifikasi 2013. Terjaring inpassing 2020. Terjaring PPPK tahun 2021.
Dari pengalaman saya diatas, Â juga sharing dari teman-teman bahwa seorang tenaga honorer apabila hanya mengandalkan honor yang ada tidak akan mencukupi. Maka dari itu seorang tenaga honorer harus bisa mencari penghasilan di luar jam dinas. Ada yang berprofesi sebagai supir, buka jasa katering, jualan pulsa, jualan online dan sebagainya. Kalau tidak ada sampingan? Ya wassalam ......
Ada teman bercerita, punya usaha khususnya jualan, hanya bisa dilakukan oleh orang yang tahan banting, tidak boleh putus asa, harus siap menyaingi dan disaingi.
Yang tak kalah  penting adalah teruslah berbuat baik kepada siapa saja karena kita tidak pernah tahu doa dari bibir siapa doa yang dikabulkan  Tuhan. Otomatis semakin banyak yang mendoakan kita semakin banyak peluang doa-doa tersebut dikabulkan Tuhan.
Marketplace bagi tenaga honorer? Saya rasa tidak terlalu penting. Biarlah mekanisme pasar yang bicara.