Mohon tunggu...
Anang Susilowanto
Anang Susilowanto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas UPTD SDN Ketapang Barat 5

Membaca dan mencoba hal baru adalah hal yang mengasyikkan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gempa Jogja 2006 dalam Ingatanku (Hoaks yang Kejam)

1 Juli 2023   19:09 Diperbarui: 1 Juli 2023   19:18 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puas memantau kondisi pantai, saya ke rumah paklik di desa sebelah. Ternyata paklek tidak ada. Menurut tetangga paklik mengungsi dan menangis karena ada isu tsunami telah memporak-porandakan desa  tempat mbah  saya tinggal yang juga saya tinggali.

Saya jelaskan bahwa saya baru saja dari pantai dan tidak ada yang namanya tsunami. Perhitungan saya dengan gempa 5,9 SR apabila terjadi tsunami maka air laut yang masuk daratan tidak akan sebesar tsunami Aceh yang diakibatkan gempa 9,3  SR. Gempa di Aceh menurut media, air yang masuk ke daratan titik terjauhnya adalah 6 km. Sedangkan tempat tinggal saya berjarak 6 km dari Parangtritis.

Kontan saja info mengenai tidak adanya tsunami disambut dengan nafas lega oleh tetangga paklik. Bahkan ada yang langsung bergegas ke sawah sebagai titik kumpul warga untuk mengabarkan perihal tidak adanya tsunami.

Banyak cerita menyedihkan yang diakibatkan yang sekarang kita kenal dengan nama HOAK. Hoak bahkan bisa lebih berbahaya dari kejadian itu sendiri.

Entah siapa yang menghembuskan hoak tersebut, untuk isu tsunami dibuat seolah tsunami telah meluluhlantahkan daerah Bantul. Bagaimana tidak, untuk warga Klaten isu disebutkan bahwa tsunami sudah sampai di kota Jogja. 

Di Jogja mereka membuat isu bahwa tsunami sampai ringroad selatan. Pada warga ringroad mereka bilang bahwa tsunami sudah sampai Kretek. Pada warga Kretek mereka bilang tsunami sampai TPR. Pada warga sekitar TPR mereka bilang tsunami sampai parkiran bis. Serem. Seolah dunia kiamat.

Teman bercerita, pada saat terjadinya gempa orang-orang pada panik, ada seseorang yang jatuh tertimpa kayu rumah, berhubung ada yang berteriak ada tsunami, maka orang-orang berlarian menyelamatkan diri. Setelah dirasa tidak ada tsunami orang-bermaksud menolong orang yang tertimpa kayu rumah tadi. Apa mau dikata, orangnya sudah meninggal.

Ada juga yang cerita, bersamaan dengan adanya isu tsunami, orang-orang pada panik dan tidak sempat mengunci  rumah waktu mereka kembalii, kendaraan dan hewan ternak banyak  yang hilang.

Hoak yang membuat panik banyak orang banyak membuat jenasah tak terurus. Salah seorang teman saya terpaksa tidur semalaman bersama jenasah kerabat yang menjadi korban keganasan gempa. Padahal, orang-orang berlarian menyelamatkan diri karena adanya isu tsunami tadi.

Isu atau yang sekarang populer dengan nama hoax memang kejam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun