Sebenarnya kisah perjalanan ini sudah berlangsung  beberapa tahun lalu. Dengan mengendarai Grand 92 ada sensasi tersendiri bila dibandingkan dengan mengendarai mobil apalagi bus. Sensasinya luar biasa. Mau tahu ? Simak sampai akhir.
Pas liburan, kami merencanakan untuk berkunjung ke  tanah kelahiran mertua. Kami? Ya  terdiri dari saya dan nyonya, mertua, ipar  dan keponakan.
Kota yang akan kami kunjungi adalah Lamongan, tepatnya Kecamatan  Ngimbang. Salah satu kota yang ada  di Jawa Timur. Dari sana mertua berasal. Pada waktu itu belum familiar dengan yang namanya google map.  Jadi ya ikut saja.
Perjalanan dimulai dari rumah kami, Sampang bagian utara, lebih tepatnya kecamatan Ketapang. Start berangkat habis Dzuhur dan makan siang. Perjalanan menyusuri pantai utara pulau Madura diwarnai pecah ban di daerah Bangkalan. Selesai ditambal, perjalanan dilanjutkan kembali.
Naik feri karena jembatan Suramadu belum ada dilanjutkan dengan menyusuri pantura Gresik. Sampai Gresik hujan turun dengan derasnya menemani kami sampai daerah Lamongan. Di Lamongan rehat sebentar sambil shalat ashar dilanjutkan menuju Ngimbang. Sampai tempat yang dituju pas adzan maghrib.
Semalam di Ngimbang kami balik ke Lamongan menuju famili yang lain. Keperluan selesai, nginap semalam habis itu balik lagi ke Madura esok harinya.
Tepat jam  13.00 siang kami pamit, ingin suasana yang beda, saya sengaja berpisah dengan ipar. Hanya dengan berpedoman ke arah timur sampailah kami di Gresik. Sengaja tidak melewati jalan yg sebelumnya kami nyasar ke makam Sunan Gresik. Habis itu nyasar lagi ke pelabuhan Gresik gara-gara mengikuti panah arah pelabuhan yang ternyata pelabuhan Gresik. Sempat kami kira pelabuhan Surabaya. Ya sudahlah tambah pengalaman.
Sampai di daerah perak coba ikuti jalan  yang ada. Lha kok tambah sepi.  Ternyata akses ke jalan tol. Ya sudah, minggir terus masuk ke terminal peti kemas tanya arah menuju Madura. Bukan hanya ditunjukkan, tapi kami diantar sampai jalan arah pelabuhan. Tak lupa ucapan terima kasih, kami lanjutkan perjalanan.
Turun dari feri, kami berhenti tuk isi bensin di pom kamal dekat pelabuhan sekaligus shalat ashar. Langsung lanjut. Belum berapa lama kami berhenti lagi karena ponakan lapar. Ya sudah kami  berhenti sekalian makan bakso dan ngopi di masjid wilayah Arosbaya.
Habis dari Arosbaya ngejos terus sampai rumah. Sampai rumah pas  adzan maghrib.
Dari perjalanan tersebut kami banyak menemukan sensasi yang luar biasa yang tidak mungkin dialami kalau bepergian dengan mobil. Sensasi itu adalah kita akan merasakan langsung suasana setiap daerah yang kita lewati. Apabila turun hujan atau kejadian alam yang lain maka kita juga akan merasa jadi bagian darinya. Juga ada perasaan bebas dan leluasa. Bayangkan bila kita berada di dalam kendaraan, maka kita akan merasa terbelenggu karena "hanya" berada dalam kotak kecil. Kita akan merasa seperti ikan di dalam aquarium. Sempit kan?