Sebelumnya saya malu untuk menyebut garasi. Malu dalam arti yang ada di rumah bukan garasi dalam arti sebenarnya. Garasi disini hanya sebuah halaman yang kebetulan berhadapan dengan tembok tetangga. Dan supaya bisa memberi manfaat yang lebih banyak dipasanglah atap galvalum.
Di tempat tersebut biasa kami pakai untuk naruh sepeda kalau siang serta kalau ada acara kumpulan. Lumayanlah tidak perlu bersuusah payah bersih-bersih dalam rumah juga meja kursi tamu biar ruangan  terlihat lega.
Habis acara 100 hari mertua kemari, garasi masih dibiarkan kosong. Beberapa barang yang sebelumnya ada disana dipindah ke  halaman belakang belum sempat saya kembalikan ke tempat semula.
Sore itu menjelang maghrib, seperti biasa saya di depan laptop sambil menunggu adzan berkumandang, tiba-tiba  riuh oleh suara ayam tetangga yang biasa berkeliaran di depan rumah. Waktu itu saya tidak terlalu terpengaruh dengan keramaian tersebut, tapi suara ayam tersebut tetap riuh.
Beberapa saat kemudian ipar saya yang laki-laki datang, langsung berteriak, "Awas ada ular...." Spontan saya keluar, dan benar ada seekor ular berwarna hitam, ukurannya tidak terlalu besar, Cuma seukuran jempol kaki orang dewasa.
Spontan saya ambil sebatang bambu, kata orang jawa, bambu merupakan benda "pengapes" ular. Kalau bambu di pukulkan ke badan ular, maka ular langsung apes, tak berdaya kemudian mati. Saya dapat pesan juga, kalau ada ular jangan langsung dibunuh, tapi coba usir dulu, kalau tidak mau pergi baru dibunuh.
Saya coba praktekkan, saya coba menakuti ular tersebut, eh malah mendongakkan kepala dan lehernya mengembang seperti di tivi-tivi. Astaga naga, ternyata ular kobra. Langsung saya jaga jarak aman. Dari radius 2 meteran suara desisannya terdengar.
Tidak mau menaggung ressiko, Â ular digebuk menggunakan bambu sama ipar. Sekali gebuk ular langsung KO. Bangkainya dibuang di jalan raya. Â Beres sudah.
Pagi harinya saya lihat bekasnya di jalan, tidak ada bekas sama sekali.
Saya menempati rumah yang dibuatkan orang tua kurang lebih 10 tahun. Kata orang sih, tanah tempatku agak angker. Ada bekas sumur untuk  membakar gamping, tapi berada jauh dari rumah dan sudah diratakan dan dibangun rumah.
Kalau Cuma ular kecil, orang sini menyebut ular cicak karena makanannya cicak sering saya temui. Tetapi kalau ular hitam apalagi sampai masuk rumah sudah dua kali ini saya temui. Harinya sama persis yakni malam selasa dan waktunya sama yakni menjelang maghrib.