Mohon tunggu...
Anandre Forastero
Anandre Forastero Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis rasa dan pikiran

Psikolog

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Kutu Loncat: Jangan Buru-buru!

7 Mei 2020   07:00 Diperbarui: 16 Mei 2020   08:50 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan buru-buru", begitu kataku.

Itu adalah kalimat yang sering ku ucapkan ke teman dan sahabat yang akhir-akhir ini semakin banyak mengeluh tentang pekerjaannya. Agaknya bukan rahasia lagi kalau generasi milenial punya tendensi atau kecenderungan menyukai segala sesuatu yang dinamis dan cepat. 

"Pekerjaanku membosankan... aku pingin pindah! cari tantangan lebih!", begitu kata salah satu teman yang menghubungiku dan memuntahkan segala keluhan yang dialami di tempat kerja.

"Sudah berapa lama kamu bekerja?", tanyaku. 

"2 minggu...", lalu aku mengingat dengan jelas saat itu suasana hening, mengheningkan cipta. Ya, isu tentang mudahnya kami (baca: generasi milenial) ingin berpindah-pindah kerja adalah salah satu hal yang selalu menarik dibahas. Apakah itu buruk? tergantung. Lalu, apakah itu baik? tergantung juga. 

Dulu, saya tergabung dalam salah satu tim liga futsal amatir di Jawa Timur, tepatnya di Surabaya. Pelatihku adalah orang yang keras. Ia tidak segan mengucapkan kata-kata yang bisa membuat beberapa pemain bertanya dalam hati, "aku ini bodoh banget ya?". Sebenarnya, bukan kata-katanya yang salah, tetapi nadanya yang tinggi membuat kami, anak muda sering ciut. Masih teringat dengan jelas salah satu pesan yang ia sampaikan kepadaku dengan nada tinggi: "Bedain bermain cepat dengan bermain terburu-buru! itu beda! kalau kamu main cepat, artinya tetap punya tujuan dan strategi yang jelas. Tapi kalau kamu buru-buru, kamu cenderung tidak punya tujuan karena yang ada di pikiranmu adalah yang penting maju ke depan. "

Setelah itu, Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa tim yang bermain terburu-buru akan mudah kehilangan bola saat membangun serangan, lalu kebobolan dan kalah. Persis seperti konsep yang dikatakan pelatihku.

Aku paham bahwa banyak generasi milenial yang gemas dengan kondisi kerja yang dialami. Mungkin karena faktor atasan, lingkungan kerja, dan masih banyak lainnya. Keluar dari zona nyaman adalah salah satu konsep yang sering kami gunakan ketika ditanya, "kenapa kamu keluar dari tempat kerjamu?". Yang perlu dipahami adalah bahwa keluar zona nyaman itu bukan tentang keluar dari perusahaan dan mencari challenge baru di perusahaan lain, tapi keluar zona nyaman juga berarti meningkatkan kualitas diri dengan melakukan eksplorasi hal yang saat ini kita tekuni di tempat kerja.

Jelajahi hal baru di tempat kerjamu, dan kembangkan. Jangan buru-buru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun