Mohon tunggu...
anandeaputri suci
anandeaputri suci Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta

Setidaknya saat hilangnya jiwamu, masih terdapat jejak dalam jiwa jiwa lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyepi Menjadi Filtrasi Untuk Bali

24 Maret 2023   07:15 Diperbarui: 24 Maret 2023   07:14 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari raya nyepi berlangsung pada tanggal Rabu, 22 Maret 2023.  Nyepi adalah perayaan tahun baru umat Hindu berdasarkan penanggalan Caka yang dimulai pada tahun 78 Masehi,  Dalam perhitungan penanggalan Caka terdapat 12 bulan dalam setahun dan bulan pertama disebut Caitramasa. 

Nyepi berasal dari kata sepi ataupun senyap. Dalam hari raya nyepi ini terdapt 4 larangan yang harus ditaati oleh umat hindu ataupun bagi warga yang tinggal dilingkungan dengan mayoritas masyarakat hindu dengan bertujuan untuk menjaga atau menghargai umat hindu yang sedang menjalankan ibadahnya, salah satu daerah yang populer dan bermayoritas masyarakat hindu adalah Bali. 4 larangan tersebut adalah AMATI GENI (Umat Hindu tidak diperbolehkan menyalakan api, lampu, dan benda elektronik lainnya) bertujuan untuk menahan diri dan nafsu dari hal hal duniawi, AMATI KARYA ( Umat Hindu dilarang untuk bekerja atau melakukan aktivitas duniawi) ditujukan untuk mengintropeksi diri, AMATI LELUNGAN (Umat hindu dilarang untuk berpergian) amati lelungan ini bertujuan untuk meningkatkan kekhusyuan dalam bersembahyang, AMATI LELAUNGAN (Pantangan yang terakhir ini adalah umat hindu dilarang untuk bersenang-senang atupun berfoya-foya) bertujuan sama untuk menikmati dan menjadikan hari raya nyepi ini sebagai wadah mendekatkan diri kepada tuhan.

Dengan adanya keempat larangan ini kondisi Bali sangat damai dan juga sepi pastinya. Hal inilah yang membuat Bali terasa seperti kota kedamaian yang sama sekali tidak ada aktivitas didalammnya. Berbagai tempat wisata, tempat perbelanjaan, serta tempat makan, sudah dipastikan akan ditutup. lalu pada saat malam pun tidak ada penerangn sama sekali, hanya mengandalkan penerangan dari bulan ataupun bintang. 

Banyak hal positif bagi lingkungan Bali saat berlangsungnnya ibadah nyepi ini, seperti pengurangan polusi udara, kepadatan dalam sebuah wilayah, penghematan listrik, dsb. dengan hal positif ini kota Bali seperti sedang melakukan filtrasi terhadap hal hal negatif yang biasanya terjadi, beberapa masyarkat Bali mengunggah kondisi Bali yang sangat sejuk tanpa adanya polusi udara dari kendaraan, dan ketika matahari terbenam pun langit Bali sangat terang sehingga cahaya bulan dan bintang-bintang terlihat dengan jelas karena tidak adanya polusi didaerah tersebut. Teman teman disosial media pun menyetujui bahwasanya masyarakat Bali benar benar tidak keluar saat nyepi ketimbang saat larangan PPKM Covid-19 berlangsung. 

Dan masyarakat ataupun turis yang berada disanapun sangat toleransi ketika terlaksananya ibadah nyepi ini. Banyak sekali hal hal yang dapat kita contoh dengan fenomena diatas. menurutmu bagaimana jika keadaan ini diterapkan dikota-kota selain Bali ataupun kota dengan mayoritas non-hindu ? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun