Stres adalah bentuk tekanan fisik dan psikologis yang muncul saat menghadapi sesuatu yang terasa berbahaya. Sederhananya, stres adalah sinyal yang diberikan tubuh kita ketika ada ancaman, tekanan, dan tuntutan yang datang pada diri kita. Stres dapat disebabkan oleh beberapa aspek, salah satunya adalah dari media sosial.Efek stres atau depresi yang diperoleh dari media sosial tidak dapat kita sadari secara langsung. Banyak orang berpikir untuk mencari hiburan di media sosial guna melepas penat setelah melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, tanpa disadari, hal inilah yang dapat menjadi salah satu pemicu stres yang mereka rasakan. Konten yang ditonton pada beberapa media sosial dapat menimbulkan beberapa efek pada pribadi seseorang.
Dilansir dari Journal of Social and Clinical Psychology, salah satu penyebab depresi adalah kebiasaan membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain. Perilaku negatif ini dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri pada diri kita. Hal ini sering kali ditemukan pada remaja yang masih mengalami masa labilnya. Selain itu, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) juga menjadi salah satu faktor yang memicu kecemasan dan ketidakpuasan diri. FOMO adalah perasaan takut ketinggalan atau kehilangan momen penting yang orang lain bagikan di media sosial, yang pada akhirnya dapat menyebabkan tekanan batin.
Hasil laporan dari "Digital 2024: Indonesia" yang dirilis oleh We Are Social menunjukkan bahwa warganet Indonesia menghabiskan waktu hingga 7 jam 38 menit untuk mengakses internet setiap harinya. Dari waktu tersebut, diketahui bahwa media sosial adalah layanan yang paling sering digunakan. Rata-rata penggunaan media sosial warganet Indonesia setiap harinya adalah 3 jam 11 menit.
Dengan waktu sebanyak itu yang dihabiskan di dunia maya, sangat penting bagi kita untuk menyadari dampaknya terhadap kesehatan mental kita. Sebagai langkah awal untuk mengurangi dampak negatif media sosial, kita bisa mulai dengan menerapkan beberapa kebiasaan sehat, seperti membatasi waktu penggunaan media sosial, menetapkan periode detoks digital, dan menggunakan media sosial dengan lebih sadar dan positif. Misalnya, daripada membandingkan diri dengan orang lain, kita bisa menggunakan platform ini untuk menghubungi teman dan keluarga atau mengikuti akun-akun yang memberikan inspirasi dan motivasi.
Dengan mengelola penggunaan media sosial secara bijak, kita bisa mengurangi risiko stres dan menjaga kesehatan mental kita di tengah arus informasi yang tak henti-hentinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H