Mohon tunggu...
Ananda Tias Putri
Ananda Tias Putri Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa / Ilmu Komunikasi / Universitas Nasional

Saya Ananda Tias Putri, biasanya orang memanggil saya Tias. Saya seorang perempuan yang memiliki hobi yang lumayan banyak diminati masyarakat yaitu membaca, sekarang sedikit menyukai menulis karangan and travelling. Saya juga memiliki makanan dan tempat yang favorit, yaitu Bakso dan saya sangat menyukai pantai, pulau karna saya suka berenang. Saya orang yang bisa dikatakan sedikit perfeksionis dalam mmbersihkan atau mengerjakan suatu hal yang akan saya kerjakan sehingga saya tidak suka pekerjaan saya dikerjakan oleh orang lain, saya juga orang yang bertanggung jawab jika itu pekerjaan yang memang tugas saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terapkan! Pemikiran Sosok Kartini tentang Emansipiasi untuk Wanita Masa Kini

31 Juli 2022   08:00 Diperbarui: 31 Juli 2022   08:04 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Emansipasi memiliki arti pembebasan dari suatu perbudakan si penguasa. Sedangkan dalam pemikiran RA Kartini Emansipasi wanita adalah menginginkan kebebasan dan kemandirian. 

Dalam arti kata bebas dan mandiri dalam hal pendidikan dan kehidupan yang dijalani ataupun rumah tangga. Pada saat kehidupan sosial masyarakat jawa pada abad ke -- 19 sangat dikekang oleh peraturan bahwa perempuan itu kedudukannya dibawah laki -- laki sehingga pergerakan atau kegiatan wanita pada saat itu di kekang gerak geriknya. Pada saat itu semua orang berpikir bawa laki -- laki lebih diutamakan dibandingkan perempuan yang mana masih menganut sistem patriarki. 

Kedudukan perempuan pada masa itu tidak boleh medapatkan hak untuk menempuh jenjang pendidikan ataupun berinteraksi dengan lingkungan sosial, perempuan pada masa itu ditugaskan hanya sebagai istri, dan sebagai menantu yang baik, tanpa adanya kebebasan dalam berbicara ataupun berpikir sesuai dengan manusia seutuhnya. 

Dengan pola hubungan gender menganut sistem patriarki ini lah yang ingin kartini dobrak. Kartini ingin perempuan itu memiliki hak kebebsan dan mandiri. Kartini sangat ingin bebas dan mandiri sejak usia dini jauh sebelum mengenal istilah emansipasi. Ia sangat tidak suka dikekang oleh sistem patriarki yang telah diannut oleh lingkungannya saat itu. 

Kartini dijuluki sebagai wanita pendidikan, yang memilih sastra sebagai perjuangan untuk kebebasan perempuan dalam budaya yang dianut oleh masyarakat jawa pada saat itu. Kartini bertekad ingin memperlihatkan kepada hindi-belanda bahwa mampu berbahasa belanda dan menulis tenatng pribumi. 

Sehingga lewat tulisan tersebut bentuk perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan pengakuan masyarakat bahwa mereka bisa. Kita sangat mengetahui bahwa pendidikan sangat penting dalam kehidupan kita. Pendidikan bisa kita dapat sejak kecil serta ditempuh oleh semua usia baik itu laki -- laki ataupun perempuan tidak ada larangan dalam berpendidikan.

Sekarang ini sangat berbeda dengan dengan kondisi wanita pada masa lalu yang mana adanya kebebasan atas hak -- hak yang telah diperjuangkan pada masa lalu. Namun pada masa kini banyak yang menyia -- nyiakan perjuangan wanita masa lalu dalam merebut hak pendidikan. 

Banyak yang masih berfikir bahwa wanita tidak perlu berpendidikan tinngi tapi kedepannya hanya menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan pada masa lalu wanita -- wanita sangat memerjuangkan pendidikan namun itu sangat disiasiakan pada zaman milineal ini. 

Banyak wanita yang mengahancurkan derajat wanita dan emansipasi sendiri sehingga hilang makna itu sendiri, banyak kejadian yang sangat melenceng dari emansipasi makna itu sendiri dengan cara wanita memperdagangkan tubuhnya dengan balutan baj yang sexy, banyak wanita yang menyerupai wanita, banyak wanita dengan kecantikannya dan dengan bangganya menjadi pelacur serta bukan hal tabu bagi wanita lagi. 

Dapat kita pikirkan lagi banyak sekali wanita Indonesia lebih membanggakan suatu hal yang berbau hal Barat. Sehingga mempengaruhi pola pikir serta pola kehidupan yang bermewah -- mewah karan tuntutan zaman sehingga menuntut wanita hidup lebih matrealistis sehingga banyak yang menjadi anti sosial hanya mementingkan dirinya sendiri.

Dengan keadaan pada masa kini banyak sekali para kalangan wanita yang lupa akan perjuangan wanita pada masa lalu, meninggikan derajat wanita, namun sekarang pada era globalisasi ini banyak para wanita lupa atas aturan masyarakat. 

Globalisasi yang semakin meracuni generasi bangsa, dan tidak sedikit wanita yang terlena dengan kemewahan dan kecanggihan. Kemudian akan mempengaruhi keterwakilan wanita dalam pembangunan bangsa, sehingga tidak ada lagi pembuktian bahwa wanita mampu berdiri membangun bangsa. apabila dibiarkan terus- menerus maka generasi muda wanita bangsa Indonesia akan menjadi generasi yang bimbang, tanpa masa depan yang pasti, tanpa pengetahuan yang luas, apalagi jika di tambah dengan semakin merosotnya moral wanita masa kini. Derajat seorang wanita direndahkan oleh dirinya sendiri, hal ini jauh dari makna emansipasi R.A Kartini untuk meninggikan derajat wanita Indonesia. 

Sebenarnya kita harus malu dan sedih atas hilangnya rasa tanggung jawab dalam meneruskan bahwa wanita itu derajatnya tinggi dan bisa berpendidikan tinggi. Namun, banyak mahasiwa yang tidak berpikir terbuka serta apatis dalam permasalahan -- permasalahan lingkungan sekitar walau mereka perempuan yang bergelar namun tidak ada bedanya dengan cara pola kehidupan masyarakat secara umum.

Terkadang mahasiswa kuliah tidak hanya untuk bersenang -- senang, jalan -- jalan sehingga kuliah tidak produktif. Padahal dahulu perjuangan untuk kebebasan dalam berpendidikan saja susah oleh emansipasi wanita. Tetapi wanita lebih memilih menghabiskan waktu bersenang -- senang. 

Banyak sekali wanita yang sangat malas dalam hal membaca sedangkan membaca buku merupakan ilmu yang tidak akan habis selamanya. Namun disanalah keterpurukan bangsa kita terhadap pengaruh globalisasi atas kenikmatan bersenang -- senang sehingga meghilangkan derajat wanita, sehingga melupakan pendidikan itu penting namun banyak sekali yang berharpa kedepannya untuk menjadi ibu rumah tangga, menfokuskan diri kepada sosial media, mengikuti trend yang membuat keterpaksaan matrealisasi.

Seharusnya kita sebagai wanita yang menyandang gelar Kartini masa kini tidak menghilangkan kapasitas diri dan kualitas diri dalam hal apapun. Jangan menyerah dalam menjunjung tinggi keadilan untuk wanita, jangan takut dalam meraih mimpi setinggi -- tingginya, karna hal ini hanya dapat jika kita tidak menyerah dan sosok Kartini R.A pada masa kini telah tiada namun perjuangannya jangan menjadi mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun