Awal pekan ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan beberap menteri kembali blusukan menyapa warga. Kali ini SBY menyambangi permukiman nelayan dan petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Lebih spesifiknya adalah permukiman nelayan di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang Jawa Barat.
Di sini, Kepala Negara memantau proses bongkar hasil laut neyalan hingga ke proses pelelangan ikan. Kemudian, dengan berjalan kaki, SBY dan rombongan berpindah lokasi menyaksikan pengolahan rajungan. Kehadiran orang nomor satu di Indonesia itu mendapat apresiasi dari masyarakat setempat. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyampaikan sejumlah keluhan yang mereka alami, di antaranya sulitnya mendapatkan bahan bakar solar untuk perahu sehingga memengaruhi pendapatan hasil laut.
Para nelayan juga meminta dibuatkan tempat pengisian bahan bakar solar khusus perahu. Selain itu, mereka juga meminta muara sungai dikeruk agar tidak mengganggu lalu lintas perahu dan ditingkatkannya pengamanan untuk nelayan di laut pantura karena belakangan marak aksi perompakan. Kegiatan blusukan SBY merupakan rangkaian kunjungan dua hari di Karawang. Sebelumnya, SBY sudah mengunjungi PT Pupuk Kujang di Kecamatan Cikampek.
Namun demikian diantara sekian keluhan yang disampaikan nelayan ke SBY terucap kegelisahan mereka akan maraknya aksi perompakan yang dialami di tengah samudera. Sejumlah warga desa nelayan mengeluhkan sering adanya perompakan saat nelayan melaut sehingga semua tangkapan mereka diambil secara paksa. Perompakan yang kian marak belakangan ini telah menyebabkan nelayan ketakutan.Namun demikian, tidak sedikit pula yang nekat turun ke laut. Alasannya, kalau tidak ke laut bagaimana mau dapat uang.
Sejak ada perompak, nelayan di di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang Jawa Barat merasa tidak aman. Karena para perompak tersebut dikhawatirkan menggangu para nelayan dan mengambil barang-barang mereka. Bahkan bisa saja para perompak itu membunuh lalu membuangnya di tengah laut.
Mendengar ini SBY mengaku prihatin akan hal itu. Dengan sigap SBY segera memerintahkan Polisi Air untuk lebih giat berpatroli guna melindungi nelayan. Kalau tidak ekstra aparat melakukan pengawasan dikhawatirkan akan makin menurunkan pendapatan para nelayan. Ketegasan SBY dalam hal ini patut diacungi jempol karena sigap akan permasalahan yang menimpa rakyat kecil.
Kepala Negara juga meminta TNI Angkatan Laut dan Polri untuk mencegah perompakan tersebut dan melindungi nelayan yang sedang melaut. Aparat keamanan harus melindungi nelayan dan itu harus segera diwujudkan, begitu kira-kira pesan Presiden saat menjawab keluhan nelayan. Tidak hanya itu SBY juga memerintahkan aparat untuk mencegah perompakan yang kerap dialami nelayan di pesisir utara Jawa khususnya di sekitar Sumatera. Kegiatan melaut para nelayan ada yang sampai Pulau Sumatera. Di Pulau Kalimantan ada perompak, padahal belum tentu banyak tangkapan ikan para nelayan ada yang merompak, ini tidak bisa dibiarkan.
Bajak laut selintas hanya dikenal orang sebagai karakter dalam dongeng dan film. Namun jika menelisik sejarah, mereka ada dalam kehidupan nyata dari zaman ke zaman. Sejarah perompakan alias bajak laut terjadi secara bersamaan dengan sejarah navigasi. Menurut sejarah kuno, bajak laut sudah ada sejak abad ke-3, yaitu dengan munculnya bajak laut Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Berbagai istilah mengenai bajak laut pun muncul, mulai dari nama The Viking, The Sea People dan The Saxon.
Bajak laut lahir karena tekanan dan kondisi yang memaksa mereka berbuat seperti itu. Mereka memilih hidup bebas tanpa aturan hukum dan merampas hak orang lain. Sadisnya, para bajak laut tidak segan membunuh, menyiksa bahkan membantai seluruh awak kapal, sebelum merampas seluruh harta korban. Para bajak laut menjalankan aksinya berdasarkan koloni dan wilayah jalur pelayaran yang mereka kuasai. Tak heran jika banyak istilah dalam hirarki para perompak.
Bagaimana mungkin, apapun alasan yang perompak laut utarakan dalam menjalankan aksinya jelas tidak bisa dibenarkan. Tidak boleh mereka menindas sesama saudaranya sendiri hany untuk mencari kesenangan. Oleh karenanya, negara tidak boleh mentolerir tindakan para perompak yang sudah sangat meresahkan nelayan. Para perompak hanya tkut jika aparat negara turun tangan membasmi mereka.
Maka dari itu, hasil kunjungan SBY bertemu dengan nelayan yang dilanjutkan dengan dialog mendengarkan keluh kesah nelayan harus segera disikapi dengan maksimal. Perintah orang nomor satu di negeri ini harus secepatnya dijalankan oleh aparat yang telah diperintahkan SBY diatas. Kita tidak boleh membiarkan akses, kenyaman, keamanan melaut di negerinya sendiri dirusak oelh orang-orang yang memiliki niat jahat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H