Kuhirup aroma coklat panas ini dalam-dalam, seperti biasa aku selalu mengambil tempat favoritku dekat jendela. Ini waktunya untuk menikmati suasana yang tenang dan nyaman. Pikiranku rasanya tak karuan, berkecamuk. Namun, saat ini lebih sedikit bisa bersahabat. Hp ku terus bergetar, beberapa pesan masuk. Sengaja tak ku aktifkan mode pesawat, meski ingin bersantai di akhir pekan, ada notifikasi yang memang kutunggu. Walaupun sebenarnya sudah tahu, memang tak akan ada, tapi hatiku selalu berharap.Â
"Kak, ini pesanan nya. Apa ada lagi yang mau ditambah?"sembari menaruh kentang goreng di depanku.
 ''boleh mas, minta roti bakarnya satu makasih ya" jawabku sambil tersenyum.Â
"Baik kak tapi agak menunggu sedikit lebih lama tidak apa-apa kak?" "Gak apa-apa kok Mas, sekalian saya ngabisin kentang dulu." "Baik kak, nanti akan saya antar jika pesanan sudah siap" Mataku memandang jauh ke depan pepohonan, pikiranku masih mengingat memori yang terjadi beberapa bulan yang lalu, rasanya seperti baru kemarin.Â
"Ra, kamu sama Adri gak ke kampus bareng?biasanya kan suka barengan kalian kan satu pembimbing"Tanya Tata dengan wajah bingung dan heran. Kami bertemu di lorong perpus.Â
''Adri nya gak tahu tuh, ceklis satu WA nya. Aku bukan mau bimbingan Ta, mau nyari referensi aja. ''
Semua sudah mengenal aku dan Adri sebagai bestie. Sebenarnya bukan hanya Adri kami berlima dekat satu sama lain. Aku, Mentari, Danish, Ajeng dan Adri. Pertemanan kami terbentuk dari semester ke-2 awal Ketika kami bertemu di himpunan dengan divisi yang sama. Kebersamaan juga terus berjalan makannya ada yang bilang Witing Tresno Jalaran Soko Kulino artinya Cinta Hadir Karena Terbiasa. Itu ungkapan jawa yang tepat pada saat itu Aku sampai lupa kapan hatiku berdebar, namun saat melihatmu rasanya tak karuan. Setiap harinya perasaan itu semakin tumbuh dan ternyata bukan hanya rasa suka tapi sayang. Sangat berdosa aku saat itu, mengisi hati kepada yang belum halal. Waktu terus berjalan, kegiatan kuliah dan himpunan memadati aktivitas kami. Tak lupa senda gurau juga menghiasi hari-hari kami. Masih teringat dalam memori ku saat Adri dan aku mulai dekat
 "Nanti aku anterin kamu pulang ya Ra, biar ga usah gojek sekalian aku mau ke daerah DU (dipatiukur)."Adri berjalan mendahuluiku "Okay, baguslah aku jadi berhemat hehe"aku tersenyum kecil.Â
"Cie aku juga mau dong di anterin"Mentari menyenggol lenganku dengan tertawa cekikikan "Minta antar Danish aja tuh, kan kalian searah" celetuk AdriÂ
''Enggak ah mending naik angkot dah, serem banget dia bawa motornya"jawab Mentari dengan muka menyeringai.Â