Mohon tunggu...
Ananda Nabilah Cahyani
Ananda Nabilah Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Saya adalah Mahasiswa Universitas Diponegoro yang Memiliki Hobi Membaca dan Menyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia Akibat Pandangan Gen Z dilihat dari Tanggapan pada Platform Media Sosial X dan TikTok

21 Oktober 2024   21:42 Diperbarui: 21 Oktober 2024   21:57 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernikahan merupakan hubungan yang sah di mata agama dan negara. Di Indonesia, tiap-tiap pernikahan akan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, penurunan angka pernikahan di Indonesia kian disorot. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa jumlah pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 1.577.255 atau menurun 128.093 dibandingan tahun 2022, yakni sebanyak 1.705.348. Angka pernikahan di Indonesia dalam satu dekade terakhir turun sebanyak 28,63 persen, seperti dilansir detikJatim pada Minggu (21/10/2024).

Mengapa angka pernikahan di Indonesia kian menurun?

 Dari keterpaparan generasi muda di media sosial, disinyalir penurunan angka pernikahan di Indonesia dikarenakan banyak dari generasi muda yang menunda untuk menikah atau memilih tidak menikah. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR). Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi mengatakan bahwa penyebab dari fenomena ini adalah semakin terbukanya peluang perempuan untuk mengembangkan potensi diri. "Angka itu turun karena kesempatan perempuan untuk sekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Disamping itu ketergantungan perempuan juga menurun," katanya.

Tak hanya itu saja, keberadaan laki-laki dengan kondisi ekonomi mapan yang jumlahnya tidak banyak menjadi salah satu penyebab lainnya. "Keberadaan laki-laki mapan juga makin berkurang karena sekarang mencari pekerjaan semakin sulit," papar Prof Bagong, dilansir dari Beranda Unair pada Minggu (21/10/2024).

Tren tentang menurunnya angka pernikahan di Indonesia ini juga ramai dibahas di berbagai platform media sosial, seperti platform X dan TikTok. Platform X dan TikTok merupakan dua media sosial yang berbeda dalam  karakteristik pengguna, konten, dan fungsionalitas. Masyarakat tampaknya cenderung sering terlibat dalam diskusi di beberapa cuitan postingan, salah satunya membahas tentang penurunan angka pernikahan yang terjadi di Indonesia.

Pandangan Gen Z saat ini mengenai pernikahan tampaknya pernikahan tidak lagi menjadi prioritas. Berdasarkan apa yang dilihat di Internet atau media sosial, situasi dalam kehidupan pernikahan dari influencer, orang-orang yang dikenal, atau para artis, memang menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran. Ada beberapa faktor yang dibahas pada kedua platform tersebut. Banyaknya pernikahan yang gagal serta angka KDRT dalam rumah tangga yang masih tinggi menjadi salah satu pertimbangan bagi Gen Z untuk menikah.

 Kasus perceraian serta kasus KDRT dari kalangan artis yang terekspos di media sosial serta pengalaman dari orang-orang terdekat mereka menjadikan pernikahan sebagai salah satu ketakutan atau pun benteng bagi Gen Z yang melindungi diri untuk tidak melangsungkan pernikahan. Sebab bagi Gen Z sendiri yang tidak ingin menikah takut mengalami kekecewaan atau trauma akibat gagal membina rumah tangga. Mereka menganggap pernikahan bukan hanya perihal sex saja, namun bagaimana sebuah rumah tangga memiliki kesesuaian visi dan misi dalam membangun rumah tangga yang harmonis serta kesiapan mental yang tidak terpatok oleh umur atau omongan dari orang lain. Hal tersebut menjadi pertimbangan utama Gen Z dalam memilih pasangan untuk membangun rumah tangga yang harmonis.

Tidak hanya itu, faktor dari segi ekonomi juga masih sering diperbincangkan oleh Gen Z pada kedua platform tersebut. Ekonomi merupakan salah satu pondasi utama dalam membangun sebuah rumah tangga. Mereka merasa biaya hidup sekarang sudah serba mahal. Pernikahan yang tidak memiliki kesiapan dari segi finansial dan didukung dengan kurangnya komunikasi pasangan suami istri tentang kondisi keuangan akan memicu pertengkaran demi pertengkaran yang berujung pada perceraian.

Hal ini menjadikan Gen Z melek akan kesiapan pernikahan dari segi finansial. Mereka mengatakan bahwa hidup ini adalah realistis. Kebutuhan pokok yang semakin mahal, harga tempat tinggal yang semakin melejit, serta kebutuhan untuk membesarkan anak yang jumlahnya tidak kecil. Mereka memlih fokus bekerja terlebih dahulu untuk menyiapkan finansial yang cukup sebelum membangun sebuah rumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun