Arthur Schopenhauer (22 Februari 1788 – 21 September 1860) adalah seorang filsuf Jerman dalam tradisi Kantian. Secara sosial, Schopenhauer bukanlah orang yang pesimis. Pesimismenya dipengaruhi oleh pandangannya bahwa dunia adalah sumber penderitaan. Karena pandangan ini, Schopenhauer tidak setuju dengan optimisme Hegel. Sebelum membahas pandangan Schopenhauer tentang estetika, ada baiknya kita membahas pandangan filosofisnya. Pemikiran filosofis Schopenhauer dipengaruhi oleh pembagian realitas - fenomena dan noumena oleh Kant, dualisme realitas - penampakan dan gagasan - Plato, dan - penderitaan hidup - agama Buddha. Bagi Schopenhauer, dunia adalah representasi, yang merupakan kebenaran apriori yang dianut manusia. Manusia memiliki pengetahuan bawaan sebelum mereka dilahirkan, dan manusia hanya mengetahui dunia dari ekspresinya, dan manusia tidak dapat melihat dunia nyata.
Menurut Schopenhauer, terdapat kebenaran tertentu tentang bentuk dunia sebelum manusia ada dan manusia tidak perlu memperhatikan kebenaran tersebut. Misalnya, fakta bahwa gambar itu sudah ada sebelum Anda lahir adalah benar secara apriori dan tidak perlu diragukan lagi. Anda juga tidak perlu mengklaim bahwa batu bara itu panas, Anda juga tidak perlu memegang batu bara di tangan Anda untuk membuktikan kebenarannya. Pengetahuan ini perlu kita sadari agar dapat melanjutkan kehidupan, khususnya dalam bidang komunikasi. Schopenhauer memodifikasi gagasan Kant tentang realitas dan menyangkal pemahaman Kant tentang naumena. Bagi Schopenhauer, pengetahuan memerlukan keberadaan materi (menempati ruang dan waktu) dan keberadaan objek yang mengalami objek tersebut. Tanpa manusia yang mengenali suatu objek, maka tidak ada objek yang berdiri sendiri.
Contohnya adalah jika Anda mempunyai pensil, namun alih-alih menulis atau menggambar, Anda ingin mengaduk secangkir kopi yang baru diseduh. Lalu aduk kopi panas dengan pensil. Karena tidak ada sendok, maka pensil bukan lagi pensil, melainkan pengaduk, Persepsi Andalah yang menjadikan segala sesuatunya “sebagaimana adanya” Jadi Schopenhauer sampai pada kesimpulan bahwa dunia ini ada berdasarkan persepsi manusia, dan pemicu naumena, atau Kant, adalah kemauan Bagi Schopenhauer, kehendak adalah hakikat kehidupan dan penggerak kehidupan manusia Sayangnya, penyebab penderitaan manusia adalah keinginan itu sendiri, dan interpretasi Schopenhauer tentang penderitaan didasarkan pada ketidakseimbangan antara keinginan manusia yang tidak terbatas dan kemampuannya yang terbatas untuk mewujudkan keinginannya. Sekalipun hasrat manusia terpenuhi, itu bukanlah kepuasan atau lenyapnya penderitaan, melainkan hanya lenyapnya penderitaan sementara. Contoh: Jika Anda benar-benar ingin menggambar dan rasanya menyenangkan, tetapi Anda tidak memiliki medianya atau kesehatan Anda menghalangi Anda untuk melakukannya, Anda menderita. Bahkan jika Anda bisa melukis dan memiliki kendali bebas atas keinginan Anda, Anda akan puas dan penderitaan Anda akan teratasi. Tapi apakah penderitaannya akan hilang setelah melukis? Apakah ada cacat pada catnya? Dan yang paling penting: "Apakah Anda tidak ingin melukis lagi di kemudian hari? " Menurut Schopenhauer, jika Anda mempunyai keinginan lain, Anda akan menderita lagi.
Pandangan Schopenhauer tentang estetika sangat menarik menurutnya karya seni adalah salah satu cara untuk meringankan penderitaan, meski hanya sementara. Mendengarkan musik membuatku merasa senang, namun terkadang aku suka mendengarkan musik yang membuatku sedih. Mendengarkan musik berulang-ulang mengurangi kenikmatan yang didapat saat mendengarkannya bahkan membuat bosan. Sambil menikmati seni, orang bisa menjadi hartarshi dan melupakan penderitaan dunia, meski hanya sementara. Dari penjelasan di atas, pertanyaan yang paling penting adalah: “Bagaimana sebuah karya seni bisa menjadi indah dan membebaskan manusia dari penderitaan?” dan “Menurutnya keindahan itu apa?” sudah jelas hubungan kita dengan dunia dan kemampuannya untuk menyusun moralitas manusia.seni yang paling rendah adalah seni arsitektur, karena lebih menekankan pada nilai praktis, seni arsitektur hadir untuk mengabdi pada dunia manusia, sumber penderitaan. Tingkat selanjutnya adalah seni rupa. Pemikiran Schopenhauer tentang seni sangat dipengaruhi oleh gagasan Plato. Baginya, keberadaan seni rupa (patung dan seni lukis) adalah seni alam karena merupakan seni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H