Dalam kepercayaan Jawa kuno, konsep kosmologis Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung menggambarkan
struktur alam semesta dan keberadaan manusia di dalamnya. Sedangkan Sadulur Papat Lima Pancer menyinggung sebuah perkumpulan yang erat kaitannya dengan sisi moral Jawa kuno.
Sudarto mengklaim bahwa hubungan dialektis antara eksistensi manusia dan alam semesta dapat dilihat pada etika Jawa kuno Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung. Manusia dianggap sebagai bagian dari alam semesta dan berdampak satu sama lain. Alhasil, etika Jawa kuno menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dan alam semesta.
Sementara itu, Soedarsono mengklaim bahwa konsep etika Jawa kuno Sadulur Papat Lima Pancer mengajarkan tentang pentingnya hidup rukun satu sama lain dan memperlakukan satu sama lain dengan hormat. Ada lima kasta sosial yang berbeda tetapi terkait erat yang membentuk kelompok tersebut. Pentingnya menjaga persatuan dan kebersamaan keempat kakak beradik Pancer dan Pancer Pancer ditekankan dalam etika Jawa kuno.
Sebaliknya, konsep kekeluargaan Jawa yang dikenal dengan sebutan Sadulur papat lima pancer menekankan pentingnya hubungan interpersonal dan konsep persatuan. Sesuai Koentjaraningrat (1985), Piperi Papat Lima Pancer terdiri dari lima tandan famili yang saling terkait dan berstruktur satu kesatuan, khususnya: Sanga (manis), Pancer (jempol), Nala (telunjuk), Wiku (tengah), dan Hanacaraka
Konsep Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dan Sedulur Papat Lima Pancer saling terkait dan saling mempengaruhi dalam etika Jawa kuno. Etika Jawa kuno menekankan pentingnya hubungan yang didasarkan pada konsep kebersamaan dan kekeluargaan serta pentingnya menyelaraskan ilmu gaib dan kodrat manusia.
Koentjaraningrat (1985) mengatakan bahwa Jagat Gumulung adalah dunia nyata dengan manusia, budaya, dan lingkungan. Sebaliknya, konsep kekeluargaan Jawa yang dikenal dengan Sedulur Papat Lima Pancer menekankan pentingnya hubungan interpersonal dan konsep persatuan.
Jagat Gumulung dipandang sebagai dunia manusia yang diatur oleh aturan dan nilai budaya dalam etika Jawa kuno. Di Jagat Gumulung, Sedulur Papat Lima Pancer penting sebagai prinsip kekeluargaan untuk menjaga keutuhan hubungan masyarakat dan menjaga keharmonisan dengan alam dan lingkungan.
Dalam pemikiran Kejawen, istilah "Sedulur Papat Lima Pancer" mengacu pada kesatuan yang mempengaruhi manusia. Istilah ini dianggap sebagai warisan budaya karya Sunan Kalijaga dari abad ke-15 hingga ke-16. Sedulur Papat Lima Pancer terdiri dari empat saudara kembar yang berada dalam empat mata angin dan diri manusia itu sendiri. Kakang Kawah (cairan ketuban), Adi Ari-Ari (plasenta), Darah (darah), dan Puser (tali pusar) merupakan keempat bersaudara kembar tersebut. lalu, pancer itu sendiri adalah pria itu sendiri.
Sedulur Papat Lima Pancer dipercaya memiliki pengaruh pada kehidupan manusia, terutama dalam hal kesehatan dan keberuntungan Yaitu :
1. Kakang Kawah berperan sebagai pelindung fisik manusia.
2. Adi Ari-Ari berperan sebagai pelindung rohani manusia.
3. Getih berperan sebagai sumber kekuatan manusia.
4. Puser berperan sebagai penghubung manusia dengan alam semesta.