Mohon tunggu...
ANANDA MIRATUN NADLIROH
ANANDA MIRATUN NADLIROH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya memiliki hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rendahnya Kepekaan Mahasiswa di Era Pandemi

1 Juni 2022   13:15 Diperbarui: 1 Juni 2022   13:25 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui pandemi Covid-19 sudah mewarnai kehidupan masyarakat sejak dua tahun terakhir ini. Banyak aspek kehidupan ini yang berubah dan kita harus bisa menyesuaikannya. 

Contoh sederhananya adalah harus bekerja melalui media online atau biasa kita sebut sebagai daring. Semua perusahaan maupun instansi pendidikan menerapkan kebijakan belajar dan bekerja secara daring. Tanpa kita sadari kebiasaan bekerja secara daring menurunkan sebuah rasa yang sangat penting bagi kehidupan sosial, yaitu kepekaan.

Kepekaan merupakan rasa tanggap yang diberikan seseorang kepada orang lain ketika mendapatkan suatu masalah. Tak hanya itu kepekaan ini juga bisa diimplementasikan pada lingkungan. Namun, semenjak pandemi rasa kepekaan terhadap sesama itu semakin menurun. Banyak orang bersikap acuh tak acuh atau bodo amat terhadap apa yang terjadi. Salah satu oknum yang sekarang krisis akan kepekaan adalah Mahasiswa.

Misalnya saat bekerja kelompok. Kerja kelompok ditujukan untuk mempercepat dan mempermudah tugas yang berikan dosen. Namun, kerja kelompok saat ini hanya sebuah embel-embel saja. Kenyataanya yang bekerja hanya satu atau dua orang saja. Penyebab dari hal tersebut  adalah kurangnya rasa kepekaan. 

Seharusnya setelah pembagian kelompok, setiap individu memliki rasa inisiatif dan tanggap menayakan kepada anggota lain bagaimana alur tugas yang akan dikerjakan. Dengan begitu komunikasi akan berjalan dengan lancar. 

Faktanya, tidak ada sama sekali yang menanyakan hal tersebut. Hanya beberapa mahasiswa yang peka dan melakukannya. Mereka lebih bersikap bodo amat terhadap tugas karena memiliki pikira teman yang lain pasti akan mengerjakannya. Tak hanya itu, kadang beberapa teman harus selalu mengingatkan berkali-kali, tapi tetap saja pura-pura tidak tau.

Contoh yang lain yaitu saat berjalan dan menemukan sebuah rintangan seperti adanya ranting pohon yang menghalangi. Jika seseorang memiliki rasa kepekaan maka ranting tersebut akan disingkirkan agar tidak membahayakan orang lain saat melalui jalan tersebut. Sayangnya, banyak yang menghindari dan langsung berjalan begitu saja tanpa memikirkan bagaimana nasib orang lain. Memang hal tersebut dirasa sepele, namun begitu banyak makna yang penting.

Rasa kepekaan memang perlu terus ditingkatkan dan jangan sampai hilang dari jati diri kita. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan oran lain. Memang untuk saat ini, kita merasa tidak membutuhkan campur tangan orang lain. 

Tapi, dimasa depan kita akan membutuhkannya. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan rasa peka yaitu dengan lebih  melihat dan  memahami orang lain. Selain itu, kita juga bisa mengikuti berbagai kegiatan sosial yang ada di lingkungan rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun