Mohon tunggu...
Ananda WahyuWijaya
Ananda WahyuWijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ananda Wahyu

Mahasiswa Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perangkat Desa Bertani Jamur Tiram, Aksi Peduli KKN Back to Village 3 UNEJ 2021

2 September 2021   11:45 Diperbarui: 2 September 2021   12:50 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi membuat Nahrowi(55) warga Kemiri, Panti, Jember nekat menekuni usaha budidaya jamur tiram yang beromset jutaan rupiah. Modal awal hanya 2jt rupiah sampai saat ini Putra Mushroom yaitu usaha beliau sudah memiliki kurang lebih 5000 baglog jamur tiram. “selain untuk memperoleh keuntungan yang maksimal manfaat yang lain tetangga di sekitar saya dapat memperoleh penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan bekerja di tempat saya” ujar bapak Nahrowi. Bapak Nahrowi mengaku, mulai membuka usaha budidaya jamur tiram pada bulan Mei 2021 lalu disaat kondisi ekonomi sedang sulit lantaran pandemi Covid-19.

"Setiap tahapan dan proses pembudidayaan jamur tiram diawal saya berdua dengan anak saya," jelas dia. Sejak awal melakukan proses budidaya bapak Nahrowi sering mengalami beberapa kegagalan. “jamur terkontaminasi, kebanyakan air, sampai kekuarangan bibit pernah saya alami” ujar bapak Nahrowi. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya  pemasaran jamur tiram putra mushroom masih menyalurkan produknya kepada pengepul jamur sehingga keuntungan yang didapat sedikit, pengepul yang membeli produk jamur putra mushroom tidak konsisten dalam pembelian produk, jamur tidak tahan lama dan tampilan kemasan tidak menarik.

Aksi Peduli Kkn Back To Village-3 Unej 2021 Klp 39 disini bertujuan agar dapat membentuk sistem pemasaran jamur tiram yang akan memudahkan pemasaran dan peningkatan penjualan di tengah pandemi COVID-19, terbentuknya pengemasan jamur untuk memperlambat masa pembusukan jamur tiram "Harga jamur tiram per kilogram dipasaran saat ini kisaran Rp10 ribu sampai Rp12 ribu, jamur cokelat Rp15 ribu sampai Rp18 ribu dan kalau jamur kancing Rp 10 ribu sampai Rp40 ribu," paparnya. Perbedaan harga jamur tersebut karena bentuk, jenis jamur, volume jamur, dan media tanam tumbuh jamurnya juga berbeda.

Bapak Nahrowi memulai budidaya tidak langsung menjual hasil jamur tiram namun diawali dengan menjual baglog jamur dengan harga Rp 3 ribu per baglog. Bapak Nahrowi berpesan, kesulitan ekonomi dampak pandemi Covid-19 jangan dijadikan alasan untuk tidak produktif."Mari gali potensi yang dimiliki diri kita masing-masing agar kondisi pandemi Covid-19 tidak menjadi keterpurukan ekonomi," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun