Tiga tahun setelah kepergiannya, hanya aku yang kemudian dihujani teror dan ancaman dari kawan-kawan dekat yang sekarang berbalik membenciku dengan tuduhan Korupsi. Padahal tak pernah sepeserpun ku pegang uang mereka. Sakitnya, seperti harus ku tanggung sendiri.
Aku masih terus bermimpi untuk dapat mengembalikan kepercayaan mereka, dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang bukan sepenuhnya kesalahanku, tapi aku hanya anak seorang karyawan biasa, ibuku hanya seorang penjahit.
Mustahil dengan bantuan mereka, aku berhareap mimpi tak pernah pilih kasih. Kuharap mimpi dapat terbangunm oleh siapapun yang menepuk-tepuk kedua pipinya ketika masih terlelap. Ku harap Tuhan. Berikan jalanmu, walau itu melalui reality show (Hehe ;p) ..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H