Hay, Tuan Pemalu...
Maaf aku lancang menyebutmu pemalu.
Tapi, sebutan itu memang pantas untukmu Tuan.
Dan tidak ada yang salah jua apabila dirimu pemalu, selain membuat aku semakin ingin tahu.
Hay, Tuan Pemalu...
Sudah lama kita tak bersua.
Mungkin esok kita akan bertemu.
Iya, esok Kamis.
Hay, Tuan Pemalu...
Tidakkah engkau lelah selalu merunduk seperti itu?
Tidakkah engkau penasaran ingin melihat indahnya dunia dengan kepala tertegak?
Oh maaf, aku tidak pantas bertanya sedemikian ini.
Hay, Tuan Pemalu...
Apakah rekanmu pernah memberi tahu padamu bahwa aku sering mencarimu?
Tahukah dirimu bahwa aku ingin sekali bertukar pikiran denganmu?
Hay, Tuan Pemalu...
Aku pernah mendengar dari rekanmu bahwa kau gugup saat bertemu denganku. Kenapa?
Tak perlu gugup Tuan, karena itu akan membuatku semakin ingin tahu.
Hay, Tuan Pemalu...
Maaf Tuan apabila kau kesal saat menerima pesan dariku, tapi ternyata teman-temanku yang membajak ponselku.
Tapi sebenarnya aku juga ingin tahu, bagaimana reaksimu saat membaca pesan yang muncul dari layar telepon genggammu.
Hay, Tuan Pemalu...
Tuan, tegakkan lah kepalamu agar orang-orang tahu bahwa kau bisa -bahkan sangat bisa- menjadi andalan dan panutan.
Tuan, tegakkan lah kepalamu agar kau bisa melihat dunia lebih jelas.
Maaf Tuan, aku terlalu banyak bercerita tentangmu tanpa izin terlebih dahulu.
Your admirer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H