Mohon tunggu...
Ana Mudrika
Ana Mudrika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hobi berenang

Selanjutnya

Tutup

Book

Sang Pemimpi

14 Juni 2024   12:23 Diperbarui: 14 Juni 2024   13:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Identitas Novel

Judul Buku: Sang Pemimpi

Penulis: Andrea Hirata

Tebal Buku: 292 halaman

Penerbit: PT. Bentang Pustaka

Tahun Terbit: 2008

Sinopsis : novel karya Andrea Hirata ini mengisahkan tentang kehidupan tiga anak Melayu Belitong bernama Arai, Ikal, dan Jimbron. Kehidupan mereka penuh perjuangan, liku, dan tantangan sehingga mereka yakin dengan adanya kekuatan cinta, adanya rasa percaya terhadap kekuatan mimpi dan kekuasaan Tuhan. Mereka duduk di bangku SMA dan bekerja menjadi kuli ikan untuk bertahan hidup. Di SMA Negeri Bukan Main, terdapat kepala sekolah yang baik dan bijaksana. Beliau bernama Pak Balia. Selain itu, ada tokoh antagonis yang ditakuti siswa, beliau bernama Pak Mustar. Beliau menjadi galak karena anaknya tidak diterima di SMA Negeri Bukan Main. Ikal, Jimbron, dan Arai pernah melanggar peraturan sekolah dengan menonton film di bioskop sehingga dihukum oleh Pak Mustar. Mereka bertiga diminta untuk berakting membersihkan WC di lapangan sekolah. Arai dan Ikal masih mempunyai hubungan darah. Ketika Arai duduk di bangku kelas 1 SD ibunya meninggal dan saat duduk di bangku kelas 3 ayahnya meninggal. Hal ini menyebabkan di kampung Melayu dikenal sebagai Simpai Keramat.

 Kelebihan : Di dalam novel tersebut mengandung nilai moralitas dan sosialisme. Alur ceritanya menarik sehingga mudah dimengerti dan menginspirasi para pembaca.

 kekurangan : penulis seolah tidak mau memberikan waktu yang jelas sehingga para pembaca dibuat penasaran pada tahun berapa Indonesia mengalami pemerintahan tersebut. Seolah menutupi kesalahan yang pemerintahan buat dan jalankan. Namun, semoga saja dengan hal tersebut maka para pembaca harus lebih hati-hati dalam memilih calon pemimpin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun