Mohon tunggu...
K. Anam Syahmadani
K. Anam Syahmadani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Soekarno, Tan Malaka, Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, Emha Ainun Nadjib, dan Soe Hok Gie; adalah sebagian dari nama-nama besar yang berderet rapi di dalam rak buku milik laki-laki yang suka mengenakan baju safari ini. (Novi Ariyanti)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Surat Terbuka Laire Siwi Mentari

1 Desember 2013   08:37 Diperbarui: 19 Oktober 2017   05:57 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika ombak ganas nan buas itu menerpa bahtera keluarganya, Laire Siwi Mentari tampil di muka. Laire berdiri tegar layaknya karang yang tidak tergoyahkan oleh gempuran ombak, bahkan badai sekalipun.

Seperti yang telah diketahui oleh umum, penyair terkenal berinisial SS yang kemarin dilaporkan oleh mahasiswi UI berinisial RW dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan, adalah Sitok Srengenge, ayah kandung Laire.

Tentu, kabar itu teramat berat bagi Laire, terlebih Ibunya. Melalui Surat Terbuka yang ditulis di laman blognya, Laire mencoba menyibak suara-suara nyinyir yang terjun bebas berkeliaran di sekelilingnya.

Di antara kita yang pernah mengenal, bertatap muka, berjabat tangan, atau barangkali yang hanya pernah mengenal Sitok dari sajak dan puisinya, menjadi follower akun media sosialnya, sah-sah saja jika kemudian turut merasa marah dan kecewa atas apa yang dilakukan oleh Sitok.Tetapi sesungguhnya, Laire dan Ibunya, adalah orang-orang yang paling berhak untuk marah dan kecewa.

“Sekali lagi, ini tidak mudah untuk saya dan keluarga. Semua orang berhak kecewa bahkan marah kepada ayah saya. Bahkan saya, sebagai anak, berhak seribu kali lipat lebih marah dari siapa pun. Tapi kemarahan saya tidak akan mengubah kondisi menjadi lebih baik. Setelah marah, lalu apa? Perlu disadari bahwa ada anak berumur 22 tahun sedang depresi menghadapi hidup. Ada janin yang sebentar lagi lahir. Dan ini juga pada akhirnya harus menjadi tanggung jawab saya untuk menguatkan RW dan calon adik saya,”  tulis Laire di paragraf ke empat Surat Terbukanya.

Paragraf-paragraf yang ditulis Laire, adalah wujud dari kesabaran hati dan kebesaran jiwa yang ditunjukkan oleh anak seorang Srengenge, yang tentu tidak terlepas dari didikan keluarga yang membesarkannya.

Melalui Surat Terbukanya itu, Laire tidak sedang membela ayahnya, ia hanya ingin mengajak kita semua yang peduli, untuk berlaku waras dalam menanggapi masalah yang dialami oleh ayahnya. “Untuk setidaknya menghormati kedua keluarga,” ujar Laire.

Laire, memang marah dan kecewa berat pada ayahnya. Tetapi, kata Laire, ia tidak akan membiarkan ayahnya menjadi seorang yang jahat. Laire akan tetap berada di samping ayahnya, untuk bertanggung jawab terhadap RW, ibu dari janin calon adiknya.

Baik dan buruknya tanggapan yang mengalir kepada ayahnya, Laire tetap berterima kasih, karena baginya: itu justru semakin menguatkan cinta keluarganya. Dengan begitu, maka:Laire Siwi benar-benar dilahirkan sebagai Mentari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun