Mohon tunggu...
Khoirul Anam
Khoirul Anam Mohon Tunggu... -

Kerja Keras | Keja Cerdas | Kerja Tuntas | Kerja Ikhlash | Sedang Mencari Ilmu di Prodi Pendidikan Fisika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bacaan Wajib Para Pendidik

9 Februari 2014   06:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan Wajib Para Pendidik

Totto-chan ; Gadis cilik di Jendela

Sumber : http://isnot-forgotten.blogspot.com

Meskipun tergolong Novel lama, tapi isi ceritanya masih relevan untuk direnungkan di masa sekarang. Terutama bagi para pendidik yang mempunyai tanggung jawab membentuk karakter peserta didik. Selain itu, novel ini juga disarankan untuk dibaca oleh para orang tua yang terkadang “jengkel” dengan perilaku anaknya di kehidupan sehari-hari.

Berkisah tentang gadis cilik kelas SD yang menggabungkan karakter kecerdasan alamiah seorang anak dan kepolosan yang menggemaskan. Gadis cilik ini bernama asli Tetsuko-chan, namun jika ditanya namanya, jangan heran jika gadis cilik ini akan selalu menjawab dengan nama, Totto-chan. Begitulah salah satu keluguannya. Gadis kecil inilah yang kemudian menuliskan kisah nyatanya dalam bentuk Novel, Totto-chan; Gadis Cilik di Jendela. Dia dikeluarkan dari sekolah saat dia masih duduk kelas satu SD karena perilakunya yang dianggap tidak wajar dan mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas. Untung Totto-chan mempunyai Mama yang bijak. Dia berdalih mengajak Totto-chan pindah dari sekolah lamanya. Mama tidak memberitahu karena dia tidak ingin anaknya menderita tekanan batin, jadi diputuskannya memberi tahu Totto-chan saat berumur dua puluh tahun. Umur dimana kematangan seseorang sudah mulai terlihat. Tentu saja saat itu, bagi Totto-chan, takkan mengerti mengapa dia dianggap berbuat aneh dan dikeluarkan dari sekolah.

Sekolah baru Totto-chan bernama Tomoe Gakuen. Sekolah ini sangat sederhana. Desain kelasnya memanfaatkan alam sekitar. Lihat saja gerbangnya, terdiri dari dua batang kayu yang masih ditumbuhi ranting dan daun. Sedangkan ruang kelasnya memanfaatkan gerbong kereta yang sudah tidak terpakai. Berbeda dengan sekolah pada umumnya. Kalau di Indonesia, bisa dikatakan seperti “Sekolah Alam”. Di sekolah inilah Totto-chan belajar bagaimana belajar yang kemudian mempengaruhi perjalanan hidupnya.

Mr. Sosaku Kobayashi. Adalah kepala sekolah Tomoe yang visioner dan punya idealisme tinggi dalam mendidik anak. Dia tahu bagaimana cara mendidik anak. Konsep pendidikannya adalah every child is special. Dia yakin setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh-pengaruh buruk orang dewasa. Watak baik inilah yang coba ditemukannya, agar anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan kepribadian yang khas. Dia sangat menghargai sesuatu yang alamiah dan ingin agar karakter anak berkembang sealamiah mungkin. Totto-chan sebagai salah satu anak didiknya mengakui dia sangat terbantu dengan konsep pendidikan yang diterapkan kepala sekolah ini. Di hlmn. 251, Tetsuko-chan, mengatakan, dalam kasusku sendiri, sulit bagiku untuk mengukur betapa aku sangat tertolong oleh caranya mengatakan padaku, berulang-ulang, “Kau anak yang benar-benar baik, kau tahu itu, kan?” Seandainya aku tidak bersekolah di Tomoe dan tidak bertemu Mr. Kobayashi, mungkin aku akan dicap “anak nakal”, tumbuh tanpa rasa percaya diri, menderita kelainan jiwa, dan bingung. Jika saja guru-guru sekolah lamanya mengetahui sikap Totto-chan saat bersekolah di Tomoe, mungkin mereka tidak percaya dan mengatakan, “Ini pasti bukan Totto-chan!”

Inilah yang kemudian menjadi kritik bagi para pendidik dan orang tua peserta didik. Betapa pentingnya menumbuhkan minat belajar anak daripada materi pelajaran itu sendiri. Karena apapun materi pelajaran, jika minat anak sudah tumbuh, semua akan berjalan alamiah sesuai intuisi anak.

Banyak sekali pesan yang ingin disampaikan Tetsuko Kuroyanagi (penulis Novel sekaligus nama asli lengkap Totto-chan) perihal pendidikan melalui pemikiran tokoh Mr. Kobayashi sebagi guru sekaligus kepala sekolah di Tomoe diantaranya,

Dalam mendidik harus tahu cara berpikir dan karakter peserta didik

Hal ini terlihat di bagian saat kepala sekolah dengan sabarnya mendengarkan cerita Totto-chan saat pertama kali mendaftar di Tomoe, padahal ceritanya selama empat jam penuh (hlmn 26). Sikap bijak Mr. Kobayashi juga ditunjukkan saat bagaimana dia memilih diksi untuk sebuah gagasan yang dia beri nama, “Jamuan Minum Teh”, padahal sebenarnya acara itu adalah acara pesta perpisahan untuk tukang kebun Tomoe, Ryo-chan, yang akan dikirim ke medan perang. Dia tahu kalau pesta perpisahan hanya akan membuat anak-anak sedih. Anak-anak besar mungkin akan tahu, tapi anak-anak kecil hanya akan berfikir bahwa jamuan minum teh adalah hal baru, sehingga mereka menyambutnya dengan penuh semangat (hlmn. 243).

Pembelajaran akan lebih bermakna jika melalui pengalaman nyata

Pembelajaran ini dilakukan di Tomoe dengan mewajibkan muridnya membawa makanan untuk makan siang yang berisi sesuatu dari laut (ikan, misalnya) dan sesuatu dari pegunungan (sayur-sayuran). Teori sekaligus praktek tentang materi biologi makanan dengan gizi seimbang. Pun saat kepala sekolah menghadirkan Guru Pertanian di Tomoe. Guru yang sebenarnya petani ini, diminta untuk mengajari anak-anak tentang bercocok tanam. Meskipun petani ini tidak mempunyai ijazah guru, tapi Mr. Kobayashi tidak memperdulikannya, menurutnya, lebih baik anak-anak belajar sesuatu dengan langsung mengerjakannya. Learning by doing.

Menanamkan rasa Percaya Diri pada peserta didik; jangan takut mencoba

Pesan ini terlihat saat kepala sekolah mempunyai gagasan bahwa berenang harus bertelanjang. Dibalik gagasan itu, kepala sekolah ingin menanmkan bahwa semua tubuh itu indah. Diantara murid-murid Tomoe, ada yang menderita Polio, seperti Yasuaki-chan. Dengan bermain bersama dan bertelanjang ini, rasa rendah diri mereka akan hilang. Lagi pula mereka juga masih anak-anak. Gagasan lain dari kepala sekolah adalah meminta anak-anak berpidato di tengah lingkaran, sembari yang lain makan siang. Dalam pembukanya, kepala sekolah mengatakan, kalian tidak perlu merasa harus menjadi pembicara yang baik. Kalian boleh berbicara tentang apa saja. Tetapi yang paling penting, mari kita coba dulu (hlmn. 137). Begitu cara kepala sekolah meyakinkan mereka. Kepala sekolah juga melakukan hal yang unik setiap kali bertemu dengan Totto-chan, yaitu dengan berkata, “Kau anak yang benar-benar baik, kau tahu itu, kan?” Maksud kepala sekolah adalah, ada orang yang mungkin berpendapat kau bukan anak baik dalam hal-hal tertentu, tapi watakmu yang sesungguhnya tidak buruk. Banyak watak baik dalam dirimu dan aku tahu itu. (hlmn.177). Kepala sekolah benar-benar mengerti perasaan mereka.

Hargai usaha peserta didik, lalu berikan umpan balik

Di bagian tertentu diceritakan saat Totto-chan kehilangan dompet kesayangannya karena jatuh di kakus, dia mencoba mencarinya dengan mencedok isi bak penampung kotoran. Tumpukan kotoran di tanah meninggi dan kepala sekolah berkomentar, “Kau akan mengembalikan semuanya kalau sudah selesai, kan?” Kepala sekolah malah berkata santai dan tidak memarahinya. Tentu saja ini bentuk penghargaan atas usahanya, namun tidak itu saja, dengan adanya umpan balik berupa pertanyaan di atas, membuat Totto-chan berpikir, bahwa mengeluarkan isi bak itu mengotori halaman, makannya jangan suka ngintip ke lubang setelah selesai menggunakan kakus jika tidak ingin kehilangan sesuatu. Sindiran halus ini sangat berarti buat perilaku buruknya itu.

Tumbuhkan minat belajar anak, maka materi pelajaran apapun akan berjalan alamiah

Waktu itu kepala sekolah mengajak masak bersama di suatu tempat, anehnya dari pulang sekolah hingga sampai rumah, Totto-chan fokus untuk menghafal kalimat, Ngarai Petir Masak bersama. Ngarai Petir adalah nama lain dari Todoruki Keikoku, salah satu tempat terkenal di kota tua Tokyo. Ternyata fokus dia pada kalimat itu untuk memberitahu Mama agar tidak kelupaan. Menurut Mama, kalimat itu susah untuk dihafal anak-anak. Mama tekagum-kagum mengapa anak-anak termasuk Totto-chan bisa melakukan hal itu, ini membuktikan bahwa anak bisa belajar dengan mudah jika minat mereka ditumbuhkan terlebih dahulu (hlmn.169). Di sekolah Tomoe pelajaran juga dimulai dengan salah satu dari pertanyaan yang diajukan guru, anak-anak disuruh memilih sesuai yang disukainya. Jadi, mapel yang dipelajari tidak sama untuk setiap anak, sesuai minatnya masing-masing. Hal ini penting sebagai pemetaan minat dan bakat anak sedini mungkin.

Peserta didik akan tertarik jika yang mengajar juga menarik

Pesan ini tergambar saat Totto-chan tetap akan meraut pensil-pensil Tai-chan meskipun dia sudah menyatakan tidak akan menikah dengan Totto-chan. Tai-chan adalah anak yang cerdas dan mahir fisika, begitu juga bahasa inggris. Totto-chan sangat mencintai Tai-chan karena dia memiliki pengetahuan yang luas dan telah mengajarkan banyak hal padanya. Cinta anak kecil yang tulus-murni ini berdasarkan kehebatan Tai-chan saja. Dia tertarik belajar karena yang mengajarinya juga menarik (hlmn.179). Di bagian lain (hlmn.235) Totto-chan berjanji akan menjadi guru untuk Tomoe. Kenapa dia cita-citanya terus berubah dari menjadi mata-mata, pengumpul karcis kereta, pemusik jalanan, dan malah yang terakhir dia ingin menjadi guru. Hal ini tidak lepas dari yang dia rasakan ketika menjadi murid, saat menjadi murid dia merasa bahwa belajar dengan guru itu seperti bermain, tidak banyak belajar, perbanyak olahraga, acara masak bersama, berkemah, dan jalan-jalan. Sungguh, kepala sekolah telah berhasil merubah cara pandang murid mengenai belajar. Belajar itu menyenangkan.

Pendidik harus tahu bagaimana menanamkan karakter

Banyak sekali yang berkaitan dengan penanaman karakter, diantaranya bagian cerita berikut. Saat kepala sekolah meminta Totto-chan untuk tidak memakai pita rambut ke sekolah, karena tanpa disadarinya membuat Miyo-chan (anak kepala sekolah) iri dan mengadu ke Bapaknya (kepala sekolah). Karena Totto-chan berpikir kepala sekolah kepayahan karena tidak menemukan pita rambut impor itu, akhirnya dia merasa iba dan berjanji tidak memakai ke sekolah lagi (hlmn.190). Begitu cara kepala sekolah berkomunikasi tanpa menimbulkan konflik. Dari hal ini, Totto-chan diajari untuk bersimpati kepada orang lain yang mempunyai masalah dan berusaha membantu, tak peduli berapapun usia mereka.

Jika diuraikan lebih detail, akan banyak sekali pesan dan nilai moral yang didapat, tentu saja sesuai sudut pandang pembaca masing-masing. Setelah membaca Novel tersebut, sangat terasa sekali bagaimana pentingnya pendidik dan orang tua dalam menentukan kesuksesan anak. Keduanya harus memahami cara berpikir anak sesuai jenjang usianya. Mr. Kobayashi menjadi model ideal bagi seorang pendidik dan Mama menjadi model ideal bagaiamana peran orang tua mendukung belajar anak di sekolah.

Novel Totto-chan mengingatkan kitapada sosok Rasulullah, yang senantiasa berlaku lemah lembut dan bijak terhadap anak-anak. Suatu hari,ketika Rasulullah diompoli seorang anak lalu ibu sang anak menariknya dengan kasar. Rasulullah berkata, “Dengan satu gayung air, bajuku yang terkena najis karena kencing anakmu bisa dibersihkan. Akan tetapi, luka hati anakmu karena renggutan mu dari pangkuanku tidak bisa diobati dengan bergayung-gayung air.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun