Mohon tunggu...
Anastasya MichelJoseph
Anastasya MichelJoseph Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menyukai Game dan Editting

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selindung

23 November 2024   14:47 Diperbarui: 23 November 2024   15:32 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam semakin larut ketika Alana menatap layar ponselnya. Pesan-pesan yang ditulisnya untuk Ray masih terpampang di sana, namun tak ada satu pun yang terkirim. Jemarinya ragu-ragu, entah sudah berapa kali ia mengetik lalu menghapus kata-kata itu. Perasaannya bergolak hebat, namun bibirnya seolah terkunci.

Sudah terlalu lama ia menyimpan semuanya sendirian. Bertahun-tahun mereka bersahabat, namun Alana tahu dalam hatinya, Ray bukan hanya sekadar sahabat. Perasaan itu tumbuh perlahan, tak pernah ia rencanakan, tapi juga tak bisa ia hindari. Ia mencintai Ray, dan sayangnya, hanya bisa mencintai dari balik selimut persahabatan mereka.

Alana selalu berpikir, mungkin lebih baik seperti ini. Lebih baik bersembunyi di balik topeng sahabat, daripada kehilangan Ray sepenuhnya. Rasa takut merusak apa yang sudah ada membuatnya terus bertahan dalam diam. Tapi malam itu, sesuatu dalam dirinya mulai memberontak. Sebuah keinginan untuk mengakhiri semuanya, atau setidaknya, untuk menemukan keberanian berbicara.

Namun, ada pertanyaan yang selalu menghantuinya: "Bagaimana jika Ray tidak merasakan hal yang sama?"

Alana menarik napas panjang, memandangi langit-langit kamarnya yang gelap. Di luar, hujan mulai turun, mengiringi hatinya yang terasa berat. Kenangan-kenangan akan Ray melintas di benaknya. Setiap tawa, setiap obrolan ringan yang mereka bagi, setiap saat Ray berada di sisinya. Semuanya tampak begitu sempurna, kecuali satu hal---bahwa semua itu hanya sebatas persahabatan.

Di tempat lain, Ray duduk di kursi dekat jendela kamarnya, mendengarkan suara hujan yang jatuh dengan ritme tenang. Tangannya menggenggam ponselnya erat-erat, matanya tertuju pada satu kontak di layarnya: Alana. Ia menghela napas panjang, merasa berat dengan sesuatu yang tidak pernah ia ungkapkan. Tapi itu bukan karena dia menyembunyikan perasaan cinta seperti yang Alana bayangkan.

Ray tidak pernah melihat Alana sebagai lebih dari seorang sahabat. Bukan karena ia tidak menghargainya, justru karena ia sangat menghargai apa yang sudah mereka miliki. Bagi Ray, persahabatan mereka adalah hal yang paling berharga, sesuatu yang tidak ingin ia rusak dengan harapan romantis yang bisa berujung kekecewaan. Ia tahu bahwa hubungan mereka sekarang sempurna dalam caranya sendiri---tak terikat oleh drama percintaan yang seringkali rumit.

Persahabatan mereka memberikan kenyamanan dan stabilitas. Alana adalah seseorang yang bisa dia andalkan, tempat berbagi cerita tanpa harus takut dihakimi. Bagi Ray, persahabatan itu lebih penting daripada perasaan apa pun yang bisa muncul di antara mereka. Cinta romantis, bagi Ray, adalah hal yang rumit, dan ia tidak ingin itu merusak apa yang sudah mereka bangun selama ini.

Namun, Ray tahu, ada sesuatu yang tak terucap di antara mereka. Sesuatu yang terkadang membuat Alana terlihat berbeda, lebih tertutup, lebih jauh. Dan malam itu, ia memutuskan untuk mengakhiri ketidakpastian ini.

Ia mengetik pesan singkat, sederhana namun bermakna dalam: "Kita harus bicara."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun