Mohon tunggu...
Chairil Anam
Chairil Anam Mohon Tunggu... -

life is a Journey

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bulan Sabit Itu Tersenyum

2 Agustus 2011   17:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:09 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_122580" align="aligncenter" width="300" caption="Senyuman Dalam Kegelapan"][/caption] Tadi sore, seusai maghrib, aku keluar rumah untuk sekedar berjalan-jalan disekitar rumah. Tempat favoritku adalah tempat yang sepi cahaya tapi dengan langit terbuka. Tak banyak pepohonan disekitarnya. Dan kegiatan kesukaanku adalah melihat keindahan gemerlap cahaya-cahay kecil di atas sana. Bintang-bintang. Kuarahkan kelapaku semakin ke barat. Turun. Dan, hey, ada bulan sabit ! Karena ini adalah awal siklus bulan, maka sabitnya ada dibagian bawah atau sebelah barat. Sehingga saat saya melihatnya tampaklah ia seperti senyuman bibir di langit gelap. Misterius. Tapi penuh kelembutan. Begitu yang aku rasa. Begitu saya menangkap senyuman itu. Saya mendapat inspirasi. Lebih tepatnya pemahaman secara pribadi. Tentang bulan sabit ini. Dia bercahaya dalam gelap. Dia tetap bercahaya meski cahaya itu bukan miliknya. Melainkan hanya pantulan dari matahari yang telah mendahuluinya. Dalam kegelapan yang menenggelamkan cahaya di satu sisi bumi. Bulan sabit ini bersama bintang-bintang bersinar. Seakan memberi semangat manusia yang berjalan di muka bumi, meski tak semua manusia hiraukan mereka. Hal ini mengajarkan saya, untuk tetap tersenyum. Dalam apapun kondisi hidup. Meski sisi kelam datang, usah ikuti diri hanyut dalam kesedihan. Namun tetaplah tersenyum. Meski bulan memantulkan cahaya. Dia tetap bersinar. Apa yang kita miliki hanya titipan, bukan hanya hak kita sendiri, namun seberapa banyak yang kita dapat, sebaiknya juga bisa bermanfaat bagi sekitar. Meski itu sedikit, pasti di mata orang lain itu sangat besar. Dan bulan terus melaju berputar, mengitari bumi. Apapun yang terjadi. Maka, saya belajar akan konsistensi, istiqamah, tentang setiap hal yang ada, yang harus kita kerjakan sebagai bentuk ibadah. Pengabdian pada Sang Pencipta. Soal apa akhirnya, bagaimana hasilnya, InsyaAllah adalah yang terbaik. Karena Allah Maha Baik. Wallahu A'lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun