Mohon tunggu...
Anam Melisfoba
Anam Melisfoba Mohon Tunggu... -

Bising di keramaian kota, pergilah kesuatu tempat dimana kamu bisa menemukan keheningan untuk senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan YME.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Kita Kaya, Apa yang akan Kita Lakukan?

24 September 2012   18:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:47 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesuksesan dapat kita raih apabila kita meyakini bahwa kita pasti sukses. Dari keyakinan itulah, tumbuh semangat dan motivasi untuk mewujudkan kesuksesan tersebut. Siapapun pasti bisa sukses!

Sukses di dunia ini kebanyakan dipandang dari kekayaan hartanya. Tak mungkin sekarang ada orang yang menganggap bahwa mereka-mereka yang hidup di kolong jembatan maupun di tepi sungai adalah orang sukses. Yang ada, rakyat bawah yang berekonomi lemah pasti dipandang sebagai orang tak sukses, orang yang dianggap malas bekerja, orang yang tak mengikuti perkembangan jaman, dll. Tetapi pernahkah kita berfikir bahwasanya orang kaya adalah orang yang sangat tidak sukses dalam menjalani hidup dari amanat Tuhannya? Tidak ada satu ayat pun yang menerangkan bahwa hidup adalah untuk kaya raya, tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan bahwa orang kaya pasti selamat dunia-akhirat. Namun, yang ada yaitu manusia diciptakan oleh Tuhan adalah untuk beribadah. Banyak keterangan yang memberi tahu bahwa harta yang kita punya kelak akan dimintai pertanggung-jawaban dari setiap butir hartanya di hadapan Sang Pencipta. Dan, semua lupa dengan itu, lupa dengan amanat Tuhannya, lupa bahwa diantara hartanya ada hak orang lain. Ya, sekarang semuanya lupa dengan peribadatan yang sejati.

Banyak pengusaha, pegawai, maupun petani yang kaya tapi tak bermanfaat bagi orang banyak, bahkan banyak tokoh agama yang berceramah untuk rajin sedekah, tetapi mereka memiliki mobil mewah dan rumah megah. Dianggapnya sudah tidak ada kewajiban lagi apabila sudah mengeluarkan zakat/sejenisnya. Padahal? Banyak tetangga-tetangga mereka yang masih membutuhkan uluran tangan, banyak tetangga-tetangga mereka yang hutang demi makan sehari-harinya maupun demi biaya sekolah anaknya. Apakah itu bukan kewajiban kita semua untuk saling tolong menolong dengan tulus ikhlas? Ingatkah dengan keterangan yang berbunyi bahwasanya manusia adalah makhluk mulia? Dan mulia-kah manusia yang membiarkan orang lain kesulitan? Dan mulia-kah manusia yang membiarkan negerinya hancur hanya karena nafsu duniawi? Dan mulia-kah manusia yang menumpuk hartanya? Jawabannya tentu ada di nurani kita masing-masing.

Masih banyak kewajiban lain dari kewajiban yang telah kita lakukan. Tak mungkin negeri kita ini akan tentram dan sejahtera apabila manusianya tak peduli dengan manusia lain. Dan sangat tidak mungkin manusia yang beriman berani menumpuk harta-bendanya untuk pribadi dan keluarganya. Karena, Iman tidak mengajarkan untuk khawatir tidak makan dan Iman tidak mengajarkan untuk khawatir tidak mempunyai uang.

Kekayaan harta tidak akan menjamin keselamatan diri kita. Bukan berarti kita tidak boleh kaya, namun hendaklah kekayaan itu yang bermanfaat bagi orang banyak. Bermanfaat bukan hanya untuk satu golongan, bermanfaat bukan untuk satu agama, bermanfaat bukan untuk satu keluarga, tetapi yang bermanfaat bagi tetangga-tetangga kita, saudara-saudara kita, dan tentunya bermanfaat untuk kesejahteraan bersama di negeri kita, Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun