Mohon tunggu...
Mujahidah Istiqamah
Mujahidah Istiqamah Mohon Tunggu... -

Where is a will, There is a way

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tidak Ada Pembatasan Bagi Wanita Dalam Dunia Pendidikan

17 Desember 2013   19:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:49 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Meskipun pendidikan hanyalah salah satu aspek dari sekian pembangunan dan kemajuan suatu Negara, namun kemajuan suatu Negara umunya ditandai dengan majunya sumber daya manusia yang berkualitas, bukan sumber daya alamnya.

Pendidikan juga merupakan factor yang dominan dalam pembentukan manusia yang berkualitas, sebab pembangunan bidang pendidikan sangatlah kompleks , bukan hanya bagaimana merumuskan system pendidikan atau mengalokasikan anggaran besar, tetapi juga peran aktif masyarakat hingga ke unit terkecil yakni keluarga.Bahkan perguruan tinggi juga diharapkan perannya dalam upaya sumber daya manusia di Indonesia.

Di sini saya akan mengambil sebuah statement yaitu “ pembatasan wanita dalam dunia pendidikan “ . statement ini sudah menyebar di telinga masyarakat, apalagi masyarakat awam yang masih kental dengan culture dan budaya mereka. Kebanyakan dari mereka menyatakan bahwa seorang wanita tidak seharusnya sekolah tinggi-tinggi untuk melanjutkan studinya, apalagi sampai mendapatkan beasiswa keluar negri, karena pada akhirnya ketika mereka sudah berkeluarga akan lebih besar peran mereka untuk mengurusisuami. Ditambah lagi ketika sudah dikaruniai anak, otomatis peran mereka sebagai ibu rumah tangga akan semakin aktif.

Namun faktanya yang ada di masyarakat wanita tidak mempunyai batas unutk melanjutkan pendidikannya, mereka bisa berekspresi, berkarya, dan bersaing di dunia pendidikan yang bukan hanya ditingkat nasional tapi juga ditingkat internasional, tidaksedikitdari mereka yang berhasil bahkan bisa menjadi figure wanitadikalangan masyarakat karena pendidikan tinggi yang ditempuhnya. Saya berikan contoh Presiden Indonesia yang ke 5, Hj Megawati soekarno putri, beliau adalah salah satu contoh bahwasanya, wanita juga perlu untuk mendapatkan pendidikan yang layak, agar bisa bersaing. Sebab wanita juga berperan aktif dalam masyarakat, contohnya menjadi dokter, guru, polwan, bidan dll. Apalagi di Indonesia sendiri, peran wanita tidak diragukan lagi, begitu banyak perempuan yang bisa melakukan tugas laki-laki bahkanbisa menggantikanperan laki-laki, baik dalam urusan keluarga seperti mencari nafkah maupundi lingkungan masyarakat tanpa mengesampingkan kewajibannya sebagai seorang istri (bagi yang sudah berumah tangga). Bagi mereka pendidikan tinggi itu penting, untuk mengejar cita-cita dan impian mereka.

Jadi tidak ada tanggapan kalau perempuan berpendidikan tinggi itu sia-sia. Karena salah satu tujuan mereka berpendidikan tinggi yaitu untuk merawat, mendidik dan mengasuh anak-anaknya kelak. Sebagaimana pendidikan yang paling berpengaruh bagi seorang anak yaitu pendidikan di lingkungan keluarga.

Namun yang menjadi pertanyaannya, apakah boleh wanita berpendidikan tinggi dalam islam ??

Dalam kitab Al-Irsyad, syakh dan fodia menyatakan bahwa kaum wanita wajib menuntut hak-hak mereka untuk memperoleh pendidikan. Wanita seperti pria, diciptakan dengan satu maksud, yaitu untuk menyembah Allah, dan itu mustahil tercapai tanpa ilmu. Dalam islam pendidikan bukan Cuma sebagai hak, namun kewajiban bagi laki-laki dan perempuan. Sebagaimana sabda rasulullah: “ menuntut itu adalah kewajiban bagi setiap muslim”. Kata muslim disini mencakup pria dan wanita. Jadi, menurut pandangan islam menuntut ilmu itu harus dan perlu untuk semua orang, tanpa terkecuali, asalkan tidak keluar dan menyimpang dari aturan-aturan agama.

Sebagai kesimpulanya, siapapun yang hidup di dunia ini, baik laki-laki maupun perempuan wajib untuk menuntut ilmu dan berpendidikan tinggi. Tidak ada batasan asalkan tidak keluar dari syari’at islam. Khususnya, perempuan untuk berekspresi, bersaing dan berkarya demi mewujudkan apa yang mereka cita-citakan agar dapat meningkatkan sumber daya manusia yang kurang, juga untuk mendidik, mengasuh dan mengayomi anak dan keluarganya dimasa depan.

Mungkin hanya ini yang saya ketahui, kurang dan lebihnya saya mohon maaf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun