Secara fisiologis, pertumbuhan adalah perkembangan perubahan hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang merupakan hal yang normal pada individu yang sehat. Pertumbuhan umumnya didefinisikan sebagai proses peningkatan ukuran dan volume yang bersifat irreversible, yang terjadi akibat pertambahan jumlah sel dan pembesaran sel. Menurut Drs. Akmal, M.Pd, pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif, seperti bertambahnya tinggi badan atau berat badan. Menurut J.P. Chaplin, perkembangan adalah proses kematangan fisik dan psikologis yang terjadi seiring waktu dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta proses belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan memang kaitannya sangat erat, jarang orang mengetahui perbedaan dari dua jenis ini. Tetapi, jika diamati bersama-sama, pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua arti yang berbeda dilihat dari aspek-aspeknya. Aspek pertumbuhan meliputi fisik seorang individu, bertambahnya umur, perubahan ukuran kaki, kepala, tangan, jantung, paru-paru, dan sebagainya. Aspek perkembangan seperti, Perkembangan fisik (motor development), perkembangan kognitif (cognitive development), perkembangan personal (personal development), dan perkembangan sosial dan budaya (social and moral development). Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbedaan pertumbuhan dan perkembangan yaitu. Pertumbuhan dilihat dari perubahan dalam seorang individu, sedangkan perkembangan dilihat dari sikap seorang individu menuju lebih sempurna, keduanya bersifat permanen yaitu tidak dapat diubah.
Memasuki fase-fase pertumbuhan dan perkembangan prenatal dan anak-anak. Masa prenatal merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan awal dalam kehidupan manusia. Para ahli menyebutnya sebagai masa perubahan evolusi janin dalam kandungan. Kondisi janin dalam kandungan sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan hidupnya, yakni seberapa jauh ibunya memiliki taraf kesehatan, kebiasaan, dan perilaku yang baik atau tidak. Hal ini penting untuk diperhatikan, karena akan berpengaruh pada perkembangan janin dan berpengaruh pula pada tahap-tahap perkembangan emosi dan intelektualnya. Fase prenatal dibagi menjadi tiga, yaitu Fase Germinal, Fase Embrional dan Fase Fetal.
Pada masa neonatal dan bayi, (0-1 bulan) ditandai dengan adaptasi terhadap lingkungan luar. Bayi menunjukkan refleks primitive seperti refleks moro dan sucking, yang penting untuk kelangsungan hidup. Pada masa bayi (1-12 bulan), pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik sangat cepat. Bayi mulai merangkak, berdiri, dan berinteraksi dengan lingkungan, termasuk menunjukkan kecemasan terhadap orang asing dan ketakutan perpisahan dari ibu.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk gizi yang baik, kesehatan ibu selama kehamilan, dan lingkungan sosial. Pengetahuan dan sikap orang tua juga berperan penting dalam mendukung perkembangan anak. Lingkungan yang sehat dan stimulasi yang memadai akan mendukung pertumbuhan fisik dan emosional yang optimal.
Dalam proses mencapai dewasa, anak harus melalui tahap tumbuh kembang termasuk tahap remaja. Remaja berasal dari kata latin "adolescence" yang berarti tumbuh ke arah kematangan atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah "adolescence" mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. (Hurlock, 1992). Faktor perkembangan remaja ini dapat dipengaruhi oleh waktu istirahat, nutrisi, genetik, dan hormonal. Suwarno (2000) mengatakan ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu remaja awal (usia 10-13 tahun), remaja madya (usia 14-17 tahun), dan remaja akhir (usia 18-21 tahun).
Pada tahap awal, remaja masih merasa bingung akan apa yang terjadi pada diri mereka. Remaja juga masih merasa canggung dengan perubahan-perubahan fisik dan juga psikis dalam diri mereka. Namun, pada tahap perkembangan remaja tengah, mulai ada perasaan nyaman dengan kondisi mereka dan mulai memiliki teman dan pengalaman yang sama dengan remaja lainnya. Pada tahap remaja akhir, sikap positif dan kematangan diri remaja semakin terbentuk. Hal ini juga harus didorong secara positif dari orangtua dan lingkungan sekitar.
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat kan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Psikomotorik merupakan bagian dari perkembangan individu yang berkaitan dengan gerak fisik berdasarkan hasil dari pengolahan antara kognisi dan afeksi yang membuahkan gerak fisik berupa perilaku. Ini mencakup kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh, baik yang bersifat kasar (berjalan dan berlari) maupun halus (seperti menulis dan menggambar).
Bijou dan Baer (dalam H. Sunarto dan B. Agung Hartono, 1995) mengemukakan perkembangan psikologis adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Dengan demikian, istilah "perkembangan" lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.
Untuk membantu perkembangan anak, terutama dalam aspek psikomotorik penting bagi orang tua dan pendidik untuk menyediakan lingkungan yang mendukung. Psikomotorik sendiri mengacu pada kemampuan yang menggabungkan aspek psikologis dan motorik, seperti keterampilan fisik, koordinasi, dan pengendalian tubuh. Beberapa langkah dan metode untuk mengaplikasikan aspek psikomotorik pada peserta didik seperti, Desain Aktivitas Fisik Terstruktur, Integrasi Keterampilan Motorik dalam Kurikulum, Latihan dan Praktik Teratur, Penggunaan Teknologi dan Media Interaktif, Penilaian dan Umpan Balik, Pengembangan Keterampilan Sosial dan Kerjasama dan Lingkungan Belajar yang Mendukung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H