Mohon tunggu...
Urang Tebidah
Urang Tebidah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

maka berlalulah semua itu

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia, Kapan Borneo Merdeka?

31 Maret 2011   05:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah Pulau Yang tak pernah diperhatikan setelah alamnya diperkosa.

Kapan kami merasakan hasil bumi kami sendiri

Kapan kami menikmati mudahnya mendapatkan BBM

Kapan kami mendapatkan kehidupan yang layak

Kapan daerah perbatasan di perhatikan

Kapan jalan kepelosok kampung mulus seperti jalan di jawa

Kapan jalan lintas kabupaten dan kota tidak ada lubang

Kapan kami bisa terbebas dari para penguasa modal asing

Kapan kami merasa nyaman bergabung dengan Indonesia

Kapan kau usir para pemilik modal asing

Kapan kami merasakan udara sejuk seperti dulu lagi

Kapan kami menikmati rindangnya hutan Borneo lagi

Kapan masyarakat Borneo sejahtera

Kapan pembangunan di borneo merata seperti di jawa

Kapan kami bebas dari ketertinggalan

kapan anak-anak dipelosok desa bisa merasakan sekolah gratis

Kapan kami punya wakil daerah yang jujur dan adil

Kapan lagi kami merasakan hidup tenteram satu sama lain

Kapan Borneo merdeka dari kekuasaan Tirani

Kapan kami punya pemimpin yang dapat dipercaya

Kapan kami punya Presiden yang tidak hanya mementingkan Ras, Suku, dan Agamanya Sendiri.

Apakah benar sejarah yang dituliskan orang kalian itu, bahwa presiden tak boleh orang lain selain sukumu dan ras mu..

Pak Presiden kami Ingin merdeka dari semua itu.

Kalau selalu ada timpang tindih dan acuh tak acuh terhadap masyarakat Borneo ..

Tunggu saja Bom Waktu Keresahanitu akan segera keluar dan menghancurkan semuanya termasuk Salah satunya Melepaskan diri dari NKRI, Percayalah !!

[caption id="" align="alignnone" width="544" caption="Inilah Pulau Yang tak pernah diperhatikan setelah alamnya diperkosa."][/caption]

Tulisan ini bukan bentuk provokasi tapi untuk di mengerti dan di teliti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun