Mohon tunggu...
Ria Utami
Ria Utami Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ke Bali Wajib Nonton Tari Barong

14 Januari 2015   23:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Antara ngidam *kedip-kedip* dan memenuhi hobi Mita yang suka banget nonton pertunjukan tari, aku memilih Bali sebagai destinasi liburan Natal dan tahun baru kemarin. Apalagi, saya dan suami sudah dapat ACC cuti dari perusahaan.

Tiket pesawat, sewa kendaraan, dan hotel di Bali sudah fix, kami pun berangkat pada 25 Desember pagi. Setiba di Bandara Ngurah Rai, kami melanjutkan perjalanan ke Batubulan untuk nonton pertunjukan tari Barong.

Untuk kali pertama kami nonton tari Barong di Batubulan. Pertunjukan dimulai pukul 09.30 WITA. Saya kira tempatnya di hall luas, ternyata seperti rumah biasa yang terasnya dipakai untuk show. Tapi, tempat duduk yang dibuat bertingkat dapat menampung sekitar 500-750 orang.

Sebelum memasuki tempat show yang semi-terbuka di bagian sampingnya, kami sudah disambut ramah oleh petugas penerima tamu. Mereka mengenakan baju khas Bali. Para tamu juga bisa foto bareng para gadis Bali yang nantinya akan diabadikan dalam bentuk suvenir kaus dan piring. Tentunya harus beli dong suvenirnya.

Oia, di pintu masuk, para tamu disodori dengan selembar kertas berisi sinopsis cerita tari barong dalam versi bahasa Indonesia dan Inggris. Jadi, kita nggak celingak celinguk bengong pas nonton tarian yang dikemas dalam bentuk cerita berbahasa Bali pastinya.

Wih, ternyata penontonnya full. Padahal, kami masuk ke venue sekitar 15 menit sebelum mulai. Orang-orang bule pun terlihat interest. Bahkan, banyak yang memilih lesehan ketimbang duduk di tribun, termasuk Mita ditemani opanya.

Gamelan khas Bali mengalun mengawali pertunjukan. ’’Jenggreng…ceng ceng ceng…gung gung gung…’’ gitu kata Mita kalau disuruh menirukan gamelan Bali. Hehe…

Sosok Barong pun keluar dari backstage yang dikonsep semi-terbuka. Dibarengi munculnya tokoh kera. Ketika Barong sedang menari, si kera malah asik nongkrongdi pojokan dekat pemain gamelan. Karena tahu sedang difoto oleh penonton, si kera action sembari mengacungkan dua jarinya piiiss…hehe…

Kemudian, muncul para penari dengan gerakan khas, mata melotot, lirik kanan kiri sambil menjentikkan jari jemari lentik diiringi gamelan Bali. Makin bikin Mita terpesona


Pertunjukan yang berlangsung satu jam itu terasa singkat. Selain mengusung unsur-unsur mitologis, terselip juga guyonan-guyonan segar. Seperti ketika beberapa penari laki-laki sedang berdialog. Salah seorang mengaku tidak takut pada setan. Padahal, ketika di belakangnya muncul sosok rangda (setan), dia pun terbirit-birit. Sekilas, banyolannya mirip dari Asmuni dkk di Srimulat. Hehe…

Dari alur ceritanya, banyak pesan yang tersirat dalam tarian Barong itu. Salah satunya, saat pertarungan antara Barong dan Rangda tidak ada yang menang atau kalah. Sama seperti kebajikan dan kebatilan (kejahatan) yang selalu abadi di bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun