Pejuang Muda untuk Pelestarian Lingkungan
"Segala sesuatu yang aku kerjakan, ujung-ujungnya untuk lingkungan," ujar Gracia Paramitha, 26 tahun, yang konsisten dan tekun melestarikan lingkungan hidup sejak masih SMP.
Sepintas, gadis yang akrab dipanggil Grace ini terlihat pendiam. Tapi, begitu diajak ngobrol, Grace amat hangat, ramah, dan lugas. Apalagi, kalau obrolan bertema pelestarian lingkungan hidup, rona wajah cantik Grace berubah jadi serius dan excited. ''Ya, environment is part of my life," ujar pemilik kulit kuning langsat ini.
Jadi Putri Lingkungan Hidup
Di usianya yang masih belia, Grace sudah menunjukkan konsistensinya dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dia pun kerap didapuk jadi delegasi Indonesia di luar negeri sebagai duta lingkungan. Seperti pada 2002, Grace dinobatkan sebagai Putri Lingkungan Hidup oleh Tunas Hijau Club, sebuah LSM lingkungan di Surabaya yang didukung oleh Pemerintah Kota Surabaya. Selain itu, Grace dikirim menjadi delegasi Indonesia untuk Millennium Kids International Environmental Children Conference di Perth, Australia di bulan September-Oktober 2002.
Selama menjadi Putri Lingkungan Hidup, Grace dan tim menginisiasi pembangunan 10 taman kota di Surabaya. Pelestarian dengan pembangunan taman kota membawa Grace bertemu dengan Presiden kala itu Megawati Soekarnoputri. Lebih membanggakan lagi, berkat taman-taman itu, Surabaya pun dikenal sebagai kota dengan taman-taman asri.
[caption id="attachment_366526" align="aligncenter" width="300" caption="Gracia Paramitha (3 dari kiri) bertemu dengan Megawati Soekarnoputri. Sumber: tunashijau.org "][/caption]
Lepas dari Putri Lingkungan Hidup, bukan berarti Grace abai dengan isu-isu lingkungan hidup. Grace malah getol menekuni isu lingkungan global. Saat kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya, 2008, Grace terpilih menjadi trainer termuda dalam Project Management and Leadership Training on Climate Change oleh British Council. Setahun kemudian, alumni SMA Kr. Petra 2 Surabaya ini dipercaya sebagai delegasi Indonesia untuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark di tahun 2009.
Grace bilang, banyak pelajaran berharga dari berbagai kegiatan tadi. ''Aku melihat banyak kepentingan dan gap dari berbagai negara untuk sepakat dan mau komitmen menurunkan karbon, salah satu emisi gas rumah kaca terbesar," cerita pengampanye aktif perilaku bijak pada alam dengan selalu berhemat energi, pangan, dan air ini.
Konsistensi pada pelestarian lingkungan juga dituangkannya dalam skripsi "Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menyukseskan Green Diplomacy PBB" . ''Saya melihat isu lingkungan global menjadi agenda ketiga setelah keamanan internasional dan ekonomi global," kata perempuan yang lulus S-1 dalam 7 semester dengan predikat cumlaude ini.
Menurut Grace, sampai saat ini belum banyak peneliti hubungan internasional di Indonesia yang menekuni 'diplomasi hijau'. ''Ini kesempatan saya untuk ikut andil dalam mengatasi berbagai persoalan lingkungan global," cetus cewek yang gemar pakai kebaya ketika mengikuti forum internasional.