Mohon tunggu...
Ria Utami
Ria Utami Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Selamat Datang di Rumah Bebas Nyamuk

8 Juli 2017   16:32 Diperbarui: 8 Juli 2017   21:36 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menjaga kebersihan lingkungan rumah / dokumentasi pribadi

Libur Lebaran beberapa minggu lalu, saya dan keluarga cuma menghabiskannya di dalam kota. Pasalnya, saya dan suami cuma dapat libur tiga hari. Mau ke luar kota, takut terjebak macet. Ditambah lagi, harga tiket kalau Lebaran, mahal banget. Jadilah, saya memutuskan untuk di rumah saja bersama keluarga.

Awalnya, anak-anak sempat protes kenapa kok di rumah saja. Tapi, ketika saya ajak beraktivitas, mereka langsung semangat. Mau tahu apa aktivitas mereka saat liburan? Bersih-bersih rumah. Ternyata, ''acara'' itu punya banyak manfaat bagi anak-anak dan keluarga. 

Pertama, mengajarkan kemandirian. Tak selamanya anak-anak akan tinggal dengan orang tua atau bergantung pada asisten rumah tangga. Bisa jadi suatu saat, mereka akan tinggal sendiri. Karena itu, untuk membiasakan mereka mengurus rumah, belajarnya ya sejak dini mengenalkan pada pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah. Tapi, tentu saja harus disesuaikan dengan usia. Misalnya, untuk usia tiga tahun diminta untuk membereskan mainan, usia lima tahun melipat selimut dan menata bantal guling, sedangkan untuk usia sembilan tahun membantu menyapu rumah.

Kedua, mengurangi stres. Liburan Lebaran ini kan bersamaan dengan liburan kenaikan kelas. Jadi, pas banget untuk mengajak mereka membenahi meja belajarnya. Buku pelajaran yang lama, dikumpulkan di satu kardus. Karena sudah tidak terpakai, buku tersebut disumbangkan kepada teman-teman lain yang membutuhkan. Meja belajar jadi bersih dan rapi. Menurut Dr Rian Rowles, seorang psikiater, dengan kondisi yang rapi dan bersih, bisa menurunkan tingkat stres dan kelelahan. Hal itu akan membantu anak-anak selama belajar agar lebih fokus. (Reader's Digest).

Ketiga, ikut memiliki. Dengan ikut membersihkan rumah, mereka juga merasa menjadi bagian dari rumah. Jadi, tak heran kalau mereka selalu ikut menjaga kenyamanannya dan bikin selalu kangen pada rumah ketika sedang berada jauh dari rumah.

Keempat, membakar kalori. Luangkan waktu satu jam untuk membersihkan jendela atau lantai, menata kembali kursi, atau membuang majalah bekas. Dan... 300-400 kalori akan terbakar. (kompas.com).

Kelima, rumah jadi sehat. Di dalam rumah yang bersih, terdapat penghuni yang sehat. Itu sudah ditanamkan oleh ayah-ibu saya sejak masih kecil dulu. Dan hal tersebut saya terapkan juga pada keluarga saya. Salah satu penyakit yang paling saya takuti adalah demam berdarah. Ketakutan saya ini bukannya tanpa sebab. Banyak orang yang terjangkit penyakit ini berakhir pada kematian. Hal itu juga yang terjadi pada seorang sahabat anak saya. Saya ingat betul, waktu kabar duka itu datang, liburan kenaikan kelas baru berlangsung sekitar tiga hari. Anak saya terenyak kaget tak percaya kalau sahabat karib di sekolahnya meninggal.

Padahal, sebelum liburan, dia dan sahabatnya sempat berjanji mau sepedaan bersama kawan-kawan lain. Ketika melayat ke rumah duka, saya baru tahu kalau sahabat anak saya meninggal karena terkena demam berdarah. Kesedihan masih menggelayut di keluarga yang ditinggalkan. Termasuk, teman-teman sekolahnya.

Saya langsung mencari tahu penyebab dan bagaimana mencegah terjadinya penyakit demam berdarah itu. Ternyata, penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina ini banyak terjadi di daerah yang mempunyai iklim panas dan lembap, seperti di Indonesia. Pada akhir Januari lalu, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan ada 107 kabupaten yang melaporkan serangan DBD dengan 1.669 kasus. Tercatat 22 penderita meninggal dunia, sehingga rata-rata angka kematian DBD pada Januari 2016 adalah 1,3 persen. (kompas.com).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nyamuk Aedes aegypti betina menyukai menetap dan berkembang biak dengan cepat di lingkungan rumah, terutama pada tempat-tempat gelap dan benda-benda yang tergantung di dalamnya. Selain itu, tempat-tempat yang banyak airnya atau tempat penampungan air di sekitar teras rumah merupakan sarang bagi nyamuk betina untuk bertelur dan berkembang biak hingga menjadi nyamuk dewasa, seperti bak mandi, penampungan air, lubang WC, talang air, vas bunga, kaleng bekas, barang-barang yang sudah tidak terpakai, tempat minum hewan peliharaan, mainan, dan lain sebagainya. (Mediskus.com). Kalau sudah begitu, tak cuma nyamuk Aedes aegypti yang ada, tapi juga nyamuk yang membawa virus malaria, chikungunya, dan zika.

Wah, itu artinya, rumah harus bebas nyamuk. Tapi, mana mungkin? Sangat mungkin. Kementerian kesehatan sempat meluncurkan kegiatan kampanye rumah bebas nyamuk secara nasional. Kampanye itu diharapkan efektif menurunkan jumlah penderita penyakit akibat nyamuk yang berakibat fatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun