Mohon tunggu...
Ria Utami
Ria Utami Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sepeda Tiap Pagi Jadi Solusi

12 Juni 2015   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagiku selalu diawali dengan drama. Ribut siapin si sulung sekolah. Begitu ke luar dari rumah, kemacetaan lalu lintas langsung menghadang. Jarak rumah-sekolah yang hanya 2 kilo bisa ditempuh sampai 45 menit.

Dalam kemacetan itu, tak hanya stres menghadapi pemakai jalan yang suka main serobot, tapi juga anak saya yang ngambek karena bakal telat masuk sekolah. Sebenarnya lebih enak naik motor untuk antar dia ke sekolah, tapi saya tidak bisa mengendarai motor. 

Terus berjibaku dengan kemacetan di pagi hari itu, membuat saya mulai mencari solusi. Hingga akhirnya, saya memutuskan untuk naik sepeda. Sepeda yang sudah bertahun-tahun tak terpakai itu saya keluarkkan dari garasi. Dengan sedikit perbaikan, sepeda itu bisa digunakan lagi.
Jadilah setiap pagi saya antar si sulung ke sekolah naik sepeda. Cerita bersepeda saya seru.
Pakai sepeda,jarak antara rumah-sekolah terasa lebih dekat karena bisa melewati jalan tikus. Belum lagi,kalau macet, saya bisa tuntun sepeda di trotoar.  Waktu tempuh pun jadi lebih singkat, sekitar 10 menit, sudah sampai.

Ternyata, anak saya lebih suka diantar naik sepeda. Selain bisa menikmati angin pagi semilir, dia tak lagi terlambat sekolah. Saya pun ikut senang. Sekitar setahun rutin bersepeda setiap pagi, berat badan saya turun. Teman-teman banyak yang bertanya rahasianya. Padahal, cuma bersepeda setiap pagi.

Tapi, ada satu hal yang membuat saya prihatin karena tidak adanya jalur khusus pengendara  sepeda di jalan yang saya lewati. Meskipun sudah memilih jalur kiri saat bersepeda, tak jarang saya ditelikung oleh pengendara motor, bahkan pernah jatuh karena diserempet.

Paling sebal lagi kalau diklakson oleh pengendara motor atau mobil. Duh, sepeda kan tidak bisa secepat mesin motor. Belum lagi, ketika musim hujan, jalanan becek, berkali-kali deh kena genjret. Di situlah saya kadang merasa sedih. 

Di beberapa ruas jalan utama kota kami, sebenarnya sudah tersedia lajur khusus pngendara sepeda. Tapi, itu pun kerap diserobot pemakai kendaraan bermotor. Karena itu, besar harapan saya agar disediakan jalur khusus pengendara sepeda yang nyaman. Dengan demikian, kami para penyepeda tak lagi was was ketika berada di jalan raya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun