Herlina
”Bahran sudah tamat, tinggal Iqbal, Ari dan Taslim”. 0813XXXXXXX. Begitu bunyi SMS yang aku terima hari ini, Sabtu. Pukul 4 sore.
Kontan aku panik. Tanpa ngebon.
”Apa-apaan nih SMS. Ini jelas dari OTK, orang tak dikenal. Gak mungkin dari orang taman kanak-kanak...” Pikirku.
Refleks aku langsung mengangkat tangan. Jari menyelusuri nomor-nomor di HP, sementara mulut monyong siap menyemburkan buih-buih kepanikan (untung aja aku gak sawan...).
Dapat nomor pak Min. Aku telepon dan langsung menanyakan kabar pak Bahran tanpa basa-basi.
”Wah, saya tidak tahu Lina... Yang saya tahu pak Bahran sedang dalam perjalanan ke Banda Aceh dari Meulaboh”. Jawabnya.
”Gawat bow!...”. Pikirku.
Aku minta pak Minasih untuk menghubungi Pak Bahran. Takut terjadi apa-apa. Karena sms yang baru saja aku terima. Aku forward-kan isi sms tersebut ke beliau.
Ku dengar nada menghela seperti kuda dan ucapan astagfirullah, dilanjutkan...
”Tapi her... kenapa Iqbal dan Taslim? Keduanya kan juga orang aceh? Bukan orang luar aceh. Kenapa harus jadi sasaran juga?”
Mendengar kata sasaran, aku semakin panik. Sumpah, panik bener meriah.