Mohon tunggu...
Anak Muda Dengan Penyakit Jantung
Anak Muda Dengan Penyakit Jantung Mohon Tunggu... -

Manusia tidak bisa menolak dengan cara apapun ketika Tuhan telah mentakdirkannya untuk mengalami ujian yang berat. Dia hanya bisa menerima dan terus berusaha. Divonis adanya abnormalitas di jantung di usia 20 tahun membuat saya cukup tertekan di awal, sudah lebih dari 1 tahun saya harus menjalani hari dengan mengonsumsi sebuah obat. Tiada hari tanpa obat. Terkadang saya merasa iri dengan teman sebaya yang enerjik dan bisa hidup normal. Namun, di usia yang masih tersisa ini, saya akan berusaha untuk melakukan yang terbaik, untuk diri sendiri, untuk keluarga, untuk kampus, untuk kantor, dan untuk semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

“Ih Amit-amit deh Punya Penyakit Jantung”

7 Mei 2012   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:36 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang, saya sempat berfikir bahwa Tuhan tidak adil. Di usia yang masih sangat muda, di saat teman-teman sebaya hidup penuh dengan “merdeka” saya mempunyai beberapa keterbatasan yang awalnya saya tidak bisa terima. Mulai usia 19 tahun tepatnya pada 16 September 2010 dokter memvonis ada sebuah abnormalitas di jantung sehingga saya merasa “terpenjara” dengan hal tersebut. Saya tidak bisa lagi ikutan menjadi tim sepak bola bersama teman sebaya karena dokter melarang saya untuk melakukan aktivitas berat.

Sekarang, saya sudah hampir 2 tahun menjalani hidup dengan penyakit ini. Tidak ada hari yang saya lewati tanpa mengonsumsi sebuah obat yang berfungsi membantu jantung agar detaknya normal. Belum lagi, check-up wajib satu bulan sekali ke dokter spesialis membuat saya seperti bukan menjadi manusia normal seutuhnya. Ditambah “beban mental” ketika mengantri untuk diperiksa dokter karena pasien lain kebanyakan berusia 40 tahun ke atas, di antaranya ada yang sudah menjadi nenek dan kakek. Seringkali saya menjadi pasien termuda dalam antrian.

Di media massa, saya sering mendapat informasi beberapa artis dan public figure lainnya meninggal karena serangan jantung tiba-tiba. Di antara teman kantor dan teman kuliah ada yang berkomentar, “Ih amit-amit deh punya penyakit jantung,” ujarnya. Mendengar komentar tersebut saya hanya bisa menelan ludah diam-diam sambil berusaha menenangkan gejolak hati. Maklum, saya merahasiakan penyakit ini, bahkan di lingkungan keluarga pun tidak semuanya mengetahui hal ini. Jangankan terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), masyarakat biasanya mempunyai stigma berbeda pula terhadap ODPJ (Orang Dengan Penyakit Jantung), apalagi AMDPJ (Anak Muda Dengan Penyakit Jantung).

Karena pekerjaan menuntut saya untuk rutin pergi keluar kota, maka sudah otomatis saya menjalani keseharian di jalan bersama pak supir. Berangkat dari rasa penasarannya, suatu pagi dia bertanya, “Obat apa itu? Kok hampir setiap pagi kamu minum obat?” ucapnya, lalu saya pun menjawab, “Ini pak, vitamin, biar enggak gampang loyo kalo pergi keluar kota, hehe.” Lalu kami tertawa bersama di mobil.

Rasa kecewa terhadap diri sendiri, pesimis, lelah dengan keadaan dan perasaan sejenis lainnya seringkali membuat saya terganggu. Manusia normal dapat bertahan hidup dengan oksigen, tapi serasa menjadi seperti robot karena tidak cukup oksigen yang bisa membantu saya bertahan hidup, sebutir obat harus saya konsumsi juga setiap paginya. Sampai sekarang, dokter masih merahasiakan sampai kapan saya dapat hidup normal tanpa harus mengonsumsi obat, atau mungkin, obat ini bersifat long life treatment, yang artinya harus dikonsumsi seumur hidup.

Saya tidak tahu, hal yang bisa saya lakukan saat ini adalah terus berprasangka positif terhadap Tuhan dan mensyukuri nikmat yang telah Dia berikan. Saya yakin, ujian yang Dia berikan jauh lebih kecil dibandingkan dengan nikmat yang telah Dia karuniakan. Hanya melalui blog Kompasiana, saya akan menuliskan semua yang terjadi dalam hidup saya, untuk diambil hikmah bagi semua pembaca. Sukses dan sehat selalu untuk semuanya. Follow me: @am_dpj

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun