usia kita semakin bertambah menua, bertambah uban di kepala. begitupun dengan organ yang semakin melambat mengiringi aliran darah yang terkadang mengalir tak menentu. jantung yang dullu gemar sekali untuk berdegub kencang, kini iramanya labil, kadang turun atau kadang naik bahkan sesekali berhenti sejenak karena lelah. kaki dan tangan yang dulu kuat menopang berkilo-kilo beban kini lunglai. melimpahkan semuanya ke kepala di dalam kepala beban itu menumpuk. rambut pun tak kuat menahan tekanannya, sedikit-demi sedikit meninggalkan kepala, layu kemudian mati dan menempel ke batu-batu yang dilewatinya sehingga menjadi fosil purba yang mengesankan.
aku dan kamu sadar akan hal itu, saling termenung dan mengintropeksi diri, bercanda dan terkadang cemberut dengan hasilnya. yah, aku dan kamu masih tak memiliki kepastian yang nyata untuk kedepan. sedangkan senja semakin dekat, mendekap, dan mengejar tanpa lelah. aku dan kamu yang terengah-engah hanya bisa duduk dan memandangnya sambil bertanya, kenapa keyakinan dan kepastian tak bisa kita dapat dengan mudahnya. tiba-tiba saja burung jatuh, dia tertawa dan menangis, ekspresi yang berlawanan dan tak biasa . dia bercerita bahwa menunggu kepastian itu tidak ada habisnya tetapi melangkah tanpa adanya kepastian itu lucu dan patut di tertawakan.Â
yah senja-senja bersinar dengan bimbang kala itu. antara gelap atau terang, antara awan yang putih atau gelap. kita diantara keduanya, masih bergelut dengan ketidak pastian dan keyakinan yang entah diuji dengan cara apa agar benar-benar kau bulatkan tekat untuk keyakinan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H