Mohon tunggu...
Andika Guruh
Andika Guruh Mohon Tunggu... Psikolog - P

saya hanyalah semut kecil diantara banyak semut besar yang mengelilingiku, dan semut kecil ini akan menjadi tumbuh lebih besar karena pemahaman dan terus beljar dalam hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi Pahit di Pagi yang Buta

29 April 2022   14:08 Diperbarui: 29 April 2022   14:16 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hitamnya aku dan kelamnya aku adalah sebuah kenikmatan yang sangat mewah, jarang sekali orang menyukai aku tapi aku sangat menyukai mereka. aku selalu menganggap mereka adalah sahabatku, mereka adalah jalan-jalanku untuk mengasah aliran udara ditubuhnya,

aku juga membantu mereka membakar tubuh untuk kehangatan hhii walau sesaat tapi aku yakin aku bisa. entah kenapa kalian membenciku, 

salah satu alasan yang paling sering aku dengar, aku sering merusak sistem kerja tubunya, meremas lambungnya yang udah mulai usang dan melancarkan jalan pengangkut sampai membuatnya pecah. padahal; aku tak seperti itu, ah sudahlah aku hanya hitam dan tak manis seperti kesukaan mereka.

tubuhku saja perlu dileburkan oleh air yang sedang marah dan mengamuk, belum cukup dengan itu aku di hujani oleh butiran kristal kecil yang mebuatku semakin sedikit mengeluarkan kenikmatan mutlak yang aku punya.

Aku ngak tau kenapa? tiap kali teh selalu melirikku bernada rendah. tapi aku senang sekali disaat umumnya orang membenciku, ada wali ALLAH, kyai dan bahkan orang-orang filsuf yang selalu mencariku oh iya tak lupa orang - orang yang suka dunia malam juga mencariku wkwkwk . 

dasar aku itulah aku Kopi. tau ngak sih prinsipku itu tegas berani dan merakyat katanya sih hihi . 

pahitku kadang menghasilkan banyak inspirasi yang membuat orang menagih kenikmatan, tapi sayang akhir-akhir ini aku mulai memudar, aku terlalu banyak dicampur dan diadukkan pada kenyataan. 

sebentar lagi mungkin aku hanya akan dijadikan pelengkap lagi bukan kebutuhan seperti dulu, isue yang dibangun untuk meruntuhkan aku, berhasil. 

seperti inilah kopi, dia selalu menunjukkan perbedaan tapi juga kenikmatan, entah berapa banyak yang menyukai atau membencinya tapi dia akan selalu menjadi primadona bagi yang mencintainya. coffee it"s back. kembalikan kopi yang dulu, tanpa campuran dan varian yang hanya menggangu rasa dan kenikmatannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun