aldnp 10
Kedua anak muda itu membiarkan pria tua itu melampiaskan kekecewaannya sebelum melanjutkan pembicaraan mereka.
“Makanya ketika paman mengetahui Jira bekerja disitu, paman memesannya untuk memberi tahu kalau terjadi hal seperti ini lagi. Paman kenal ayah Jira karena kami berasal dari satu kampung. Makdudnya agar paman bisa mengingatkan kalian sehingga tidak perlu jatuh korban lagi. Dengan begitu paman bisa sedikit mengobati penyesalan yang menyiksa paman ini.”
“Jadi, maksud paman kejadian siang tadi belum tentu berakibat baik?” tanya Andragi yang sejak tadi diam saja.
“Betul. Mereka bisa saja di dalam forum resmi terlihat membuka diri, bahkan berterima kasih atas laporan yang kamu sampaikan, tetapi belum tentu demikian di hatinya. Bukankah bos kami yang dulu itu juga bersikap baik dan anti korupsi?”
“Tetapi itu kan dulu, paman. Sekarang kan pemerintahannya sudah ganti?” sela Jira.
“Pemerintah memang sudah ganti, tetapi sistemnya kan tetap yang dulu juga. Apalagi mentalitas manusianya masih sama seperti yang dulu. Mungkin malah lebih buruk. Dengan model demokrasi yang tanpa landasan kedewasaan yang berkembang secara matang, para penguasa itu akan memanfaatkan waktu berkuasanya yang sempit untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Mungkin malah bisa lebih kejam dari yang dulu.”
Paman Hudi berhenti sejenak. Ia melihat kebimbangan terpancar dari mata Andragi.
“Paman bukan bermaksud menakut-nakuti kamu, tetapi ada baiknya kamu berhati-hati. Cara yang mereka gunakan sering sulit diduga dan sangat rapi. Bukankah kematian mas Tarno akibat kecelakann itu hanya dapat kita duga saja penyebabnya oleh mereka. Tetapi bagi kebanyakan orang itu hanya kecelakaan biasa. Juga kematian mas Radi. Sampai kini mayatnya pun tidak pernah diketahui dimana adanya.”
“Karena itu sebaiknya kalian harus hati-hati, terutama kamu Andragi. Usahakan jangan pernah berada sendirian, atau menemui orang asing sendirian. Jangan menerima tugas-tugas yang selama ini asing bagimu. Dan jangan pernah melakukan hal-hal yang bersifat rutin terus menerus. Sesekali harus kamu rubah.”
“Maksud paman?” tanya Andragi.
“Misalnya rute kamu pulang pergi ke kantor. Jangan selalu melalui jalan yang sama setiap hari.Itu akan membuat mereka mudah melakukan rencana jahat mereka mencelakakan kamu,” lanjutnya.
“Oh ya, jangan lupa sembunyikan berkas-berkas berharga kamu di tempat yang aman. Jangan kamu simpan di kantor. Mereka akan bisa mencurinya. Selain itu selalu periksa ruangan dan alat kerja kamu secara teliti sebelum memakainya. Dan jangan makan sembarang makanan yang kamu tidak tahu asal dan pembuatnya.”
“Baiklah paman. Terima kasih atas nasihat dan peringatan paman. Saya akan berhati-hati.”
Andragi segera pamit pulang setelah mendapat berbagai nasihat lainnya. Sesampai di rumahnya ia segera jatuh tertidur sehabis makan malam. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah menjalani hari yang penuh ketegangan, terutama dalam rapat siang tadi.
- Anak Langit Di Negeri Pelangi -
- Kejar dan Habisi Dia !
- Begini Rasanya Mati
- Pagar Makan Tanaman
- Membongkar Pembelian Fiktif
- Antara Pacar dan Sepeda Motor
- Senyum Yang Terindah
- Hanya Gila Tapi Tidak Bodoh
- Dia yang Berkotbah, Dia Yang Korup
- Para Saksi Harus Dilenyapkan
- Pemerintahnya Ganti, Sistemnya Sama Saja
- Korupsi Berjamaah: Sistemik
- Korupsi Berjamaah: Mentalitas Proyek
- Bos Koruptor Di Posisi Kunci
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H