aldnp 14
Meski pak Gadar bukan pemimpin tertinggi di lembaganya, tetapi semua orang tahu dialah yang paling berpengaruh disana, karena dia orang kepercayaan partai yang berkuasa. Bahkan pimpinan lembaga itu tidak akan berani menentang keputusan yang diambil “anak buahnya” yang satu ini meski tidak sesuai dengan kebijakan organisasi yang dipimpinnya.
Dalam hirarki organisasi partai, pak Gadar menempati posisi khusus yaitu sebagai anggauta “Lingkaran Dalam”. Kelompok ini tidak tampak dalam struktur resmi kepartaian, tetapi semua orang tahu mereka adalah orang-orang terdekat dan terpercaya pimpinan tertinggi partai yang berkuasa.
Meski demikian kebanyakan orang tidak pernah tahu individu-individu yang menjadi anggota kelompok istimewa ini. Seperti halnya pak Gadar, kebanyakan orang hanya tahu dia adalah orang ‘kiriman” partai, tetapi tidak ada yang yang tahu kalau pak Gadar adalah anggota Lingkaran Dalam, termasuk pimpinannya di lembaga keuangan Negara itu.
Pimpinannya di lembaga keuangan Negara itu adalah seorang professional dalam bidang ekonomi dan keuangan, professor dan guru besar di perguruan tinggi terkemuka. Saat ditunjuk untuk memimpin lembaga itu, sebenarnya ia enggan menerimanya dan lebih memilih mengajar di perguruan tinggi. Namun menimbang resiko yang dapat menimpa dirinya dan terutama terhadap keluarganya, ia tidak memiliki pilihan kecuali menerimanya.
Sadar akan hal itu ia mengambil sikap yang lebih positif, menerima dengan diiringi semangat dan motivasi yang tinggi agar justru jabatan itu tidak jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab sehingga membawa negaranya menuju jurang kehancuran yang lebih dalam. Dalam hati ia bertekad untuk tidak membiarkan kekuasaan tangan-tangan kotor itu bersimaharajalela.
“Saudara saya tunjuk untuk memimpin Lembaga Keuangan Negara kita. Apakah saudara bersedia?” tanya pimpinan tertinggi Negara yang juga adalah pimpinan tertingi partai yang berkuasa, saat ia dipanggil menghadap ke istana kenegaraan.
“Saya bersedia, Yang Mulia Bapak Pimpinan!” jawabnya dengan mantap.
“Bagus, kalau begitu!” kata Yang Mulia dengan senyum kecil menghias wajahnya.
Sulit mengartikan makna dibalik senyum itu, senyum yang bisa menipu siapapun.
“Saya minta saudara menjalankan dengan sebaik-baiknya tugas itu demi kejayaan bangsa kita.” lanjutnya.
Ia berhenti sebentar memberikan kesempatan sang professor menyiapkan diri mendengarkan perintah yang paling utama.
“Dengan satu syarat! Saudara tidak boleh menghalangi setiap keputusan yang dibuat oleh saudara Gadar yang akan kami tempatkan di bagian Anggaran Negara…!”
Yang Mulia itu berhenti sejenak, menatap tajam mata professor untuk mencari kesungguhan hatinya.
- Anak Langit Di Negeri Pelangi -
Sebelumnya l Sesudahnya
- Kejar dan Habisi Dia !
- Begini Rasanya Mati
- Pagar Makan Tanaman
- Membongkar Pembelian Fiktif
- Antara Pacar dan Sepeda Motor
- Senyum Yang Terindah
- Hanya Gila Tapi Tidak Bodoh
- Dia yang Berkotbah, Dia Yang Korup
- Para Saksi Harus Dilenyapkan
- Pemerintahnya Ganti, Sistemnya Sama Saja
- Korupsi Berjamaah: Sistemik
- Korupsi Berjamaah: Mentalitas Proyek
- Bos Koruptor Di Posisi Kunci
- Orang-Orang Lingkaran Dalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H