aldnp 05
[caption id="" align="alignleft" width="238" caption="gb dari http://karikaturis.files.wordpress.com "][/caption]
Nina adalah pacar yang juga teman sekantornya, tetapi lain Bagian. Gadis itu mulai dekat dengannya setahun yang lalu. Wajahnya lembut, dengan perpaduan antara cantik, manis dan klasik. Seperti campuran antara kelembutan Jawa, klasik India dan kecantikan Sunda. Kulitnya kuning langsat dengan tungkai yang panjang berhiaskan betis bagai perut padi. Tubuhnya termasuk agak sedikit tinggi untuk ukuran etnis melayu, 167 cm. Gadis yang cantik dan lembut. Kedua hal itulah yang membuatnya jatuh cinta. Dan tampaknya ia tidak bertepuk sebelah tangan. Nina juga secara jelas menunjukkan cintanya dengan segala perhatian dan kelembutan yang selalu diberikan oleh gadis itu kepadanya.
“Heh! Ngelamunin Nina ya?” kata Jira menyadarkannya. “Jangan lupa, nanti sore!” tegasnya sambil beranjak pergi.
“Ok!” jawabnya singkat, terbelit oleh teka-teki sobatnya itu.
“Kabar baik apa ya? Kenapa Nina tidak boleh ikut?” ia bertanya-tanya dalam hati.
“Dan nada bicaranya jelas menandakan ada sesuatu yang sangat penting. Kenapa pula ia tidak mau beritahu sekarang? Ada-ada saja si Jira itu! Pening aku dibuatnya!” gerutunya.
Sisa hari kerja itu lebih banyak diisinya dengan memikirkan teka-teki itu. Dicobanya menemui Jira, tapi yang bersangkutan tak ada di tempat. Tampaknya sengaja menghindar darinya. Rasa penasaran menggumpal di dadanya
Selepas kerja ia segera memacu motornya menuju rumah Jira. Seakan mengerti maksud tuannya, motor itupun meliuk-liuk di kerapatan lalu lintas dengan lincahnya. Kuda besi ini memang selalu setia menemaninya kemanapun, tanpa pernah protes dan sakit terbatuk-batuk. Ia juga begitu sayang dengan tunggangannya ini dan karenanya selalu setia merawatnya. Hubungan antara keduanya begitu dekat dan menyatu seakan ada dua jiwa yang saling memahami kebutuhan satu sama lain. Tak pernah saling mengecewakan. Bahkan Nina pun tidak selekat ini hubungannya (Tentu saja, motor ini kan setiap hari dinaikinya).
Hubungan yang begitu istimewa dengan motornya itu terjadi karena motor itu adalah satu-satunya pemberian benda berharga untuk ukuran keluarga mereka, dari mendiang ayah dan ibunya sebelum keduanya wafat. Mereka memang berasal dari keluarga miskin. Ayahnya hanyalah pegawai rendahan di sebuah kantor pemerintah dengan gaji yang terbilang hanya cukup untuk setengah bulan. Sisanya harus ditutupi dengan berjualan makanan yang dilakukan oleh mendiang ibunya. Namun begitu, kedua orangtuanya bertekad kuat menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi demi memperbaiki masa depan mereka.
Sedikit demi sedikit, tanpa sepengetahuan dirinya, ayah dan ibunya menyisihkan uang untuk ditabung dengan cara menyisihkan berbagai kebutuhan diri mereka yang penting semisal pakaian dan obat-obatan. Jika sakit menerpa, kedua orangtuanya itu berusaha menahannya atau menyembuhkan tanpa mengeluarkan biaya pembeli obat. Tentu sakitnya sering berlama-lama menumpang dalam tubuh mereka. Bertahun-tahun mereka melakukan itu demi melihat anak mereka dapat bersekolah tinggi seperti anak-anak orang berada. Dan ketika ia dinyatakan lulus sebagai sarjana di bidang teknik dan manajemen industri, ayah dan ibunya mengambil seluruh tabungannya selama bertahun-tahun lalu membeli sebuah motor sebagai hadiah kepada putra mereka.
- Anak Langit Di Negeri Pelangi -
- Kejar dan Habisi Dia !
- Begini Rasanya Mati
- Pagar Makan Tanaman
- Membongkar Pembelian Fiktif
- Antara Pacar dan Sepeda Motor
- Senyum Yang Terindah
- Hanya Gila Tapi Tidak Bodoh
- Dia yang Berkotbah, Dia Yang Korup
- Para Saksi Harus Dilenyapkan
- Pemerintahnya Ganti, Sistemnya Sama Saja
- Korupsi Berjamaah: Sistemik
- Korupsi Berjamaah: Mentalitas Proyek
- Bos Koruptor Di Posisi Kunci
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H