Mohon tunggu...
Sunita Yani
Sunita Yani Mohon Tunggu... -

penyair dari gunung serindit\r\nAku cinta Indonesia..Kalau tidak bisa memperbaikinya paling tidak kita tidak turut serta merusaknya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pedofil Si Emon "Sodomie... Seleraku"

5 Mei 2014   17:55 Diperbarui: 4 Februari 2016   08:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

EMON , begitu panggilan para tetangga, kepada bujangan asal sukabumi yang sudah menjadi tersangka pelaku sodomi terhadap  51 bocah  usia SD. Beberapa diagnose medis tentang kelainan sex  di anugrahkan kepada si emon. Mulai dari PEDOFILIA, HOMOSEXUAL dan BISEXUAL. Maka lengkaplah sudah deviasi sexual si emon.

Pedofilia menjadi perbincangan dan berita sejak hampir sebulan ini. Dimulai dari kasus SODOMI yang dilakukan oleh karyawan JIS,  berita tentang PEDOFILIA ini terus berlanjut hingga sekarang. Redup sudah berita SODOMI JIS beralih dengan SODOMI EMON dari sukabumi.  Bisa jadi ini hanyalah sedikit dari kasus-kasus sodomi yang terungkap ke permukaan. Sodomi yang lain yang dilakukan atas dasar suka-sama suka atau bayaran tentu tidak akan jadi masalah bagi pelakunya.

Buku-buku kedokteran masa lalu menggolongkan HOMOSEXUAL DAN PEDOFILIA sebagai suatu penyakit. Seperti penyakit malaria, diare atau sejenisnya. Kemudian sejarah perkembangan mencatat bahwa kedua penyakit tersebut berubah menjadi hanya sebagai kelainan/penyimpangan seksual (sex diviation) semata. Bukan lagi sebagai suatu penyakit. Terakhir ketika LGBT semakin terbuka ( dan disosialisasikan media) sudah timbul ide bahwa homosexual itu bukan kelainan sexual, itu adalah sesuatu yang normal. Para LGBT itu bilang bahwa mereka juga manusia biasa yang butuh menyalurkan hasrat sexual, salah  cara mereka adalah dengan  melakukan sodomi. Begitu pernah saya dengar dari salah seorang LGBT yang menjadi narasumber di sebuah acara.

Pedofilia berbeda dengan Homosexual dan bisexual. Pedofilia adalah suatu kelainan dimana seseorang gemar/tertarik/terangsang bila melakukan hubungan sexual dengan anak-anak. Homosexual hanya tertarik dengan sesame lelaki. Bisexual lebih cenderung homosexual tetapi masih mau melakukan hubungan dengan lawan jenis. Mengapa pelaku homosexual mengincar anak-anak. Apakah mereka ini pedofilia tulen. Spertinya modus mengincar anak-anak dilakukan karena lebih mudah membjuk, merayu dan bila perlu mengancam mereka, itu saja.

Mengenali seseorang termasuk kategori LGBT sebenarnya cukup mudah. Masih ingat EMON dalam film catatan si boy yang di perankan didi petet. Anda lihat saja perilaku si EMON manusia berjenis kelamin lelaki tetapi perilakunya mirip wanita. Para EMON berbeda dengan para WARIA. Waria secara jelas menunjukan identitasnya. Tampilan dan kostum mereka jelas sangat wanita sekali, sedangkan para EMON tampilan fisiknya masih seperti lelaki tetapi perilakunya meyerupai wanita. Coba anda lihat di TV baik sinetron maupun ilm layar lebar sejak sepuluh tahun lalu sampai sekarang . Anda akan melihat banyak para EMON tampil disitu. Hampir di setiap film layar lebar,sinetron, dan acara lainya mereka ada, TANYA KENAPA??? …..Tidak berlebihan jika ada yang menulis di TM 200  jika sebenarnya sedang terjadi EMONISASI di Indonesia. Apakah benar begitu???? Yang perlu kita tahu adalah  bagaimana para EMON dan  waria melampiaskan hasrat sexualya, seperti jingle iklan yang  popular…mereka bilang “SODOMIE….SELERAKU”

Jangka panjangnya, sungguh tragis para korban sodomi mungkin saja di masa depan akan menjadi para pelaku sodomi juga. Sperti legenda Dracula sesiapa yang sudah merasakan digigit Dracula akan menjadi Dracula. Kini atau nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun