Pada sebuah kemarau,
Dalam doa dengan garis-garis telapak yang membujur
Sebelum mentari memikul cahayanya ke peraduan
Tergesah kukecup lembut air mata
Betapapun aku rebah oleh lelah
Pada ruas-ruas rusuk, tak lupa kutitipkan kenangan tentang langit malam
Terkapar  penuh debu jalanan
Berantak pasrah serupa kerikil-krikil tajam
Duka yang terbawa angin kerap meruncing pundakku
Hingga mewangi dalam bening peluh yang mengairi sekujur tubuh
Dalam bisik piluh surat selembar kemarau
Aku binasa tertimbun mimpi yang terlanjur basi
Riangkoli, 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI