Mohon tunggu...
Ale Raya
Ale Raya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Citra Dirinya Neofasis & Arogan, Dimanakah Tempat Ahok?

20 Juli 2016   09:39 Diperbarui: 23 Juli 2016   10:52 26695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika terjadi kerusuhan Sabtu Kelabu 27 Juli 1996 di kantor pusat PDIP, lokasi peristiwa di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, tidak jauh dari kediaman Bang Ali di Jalan Borobudur. Pagi itu dengan pakai piyama tidur dan sandal Bang Ali berdiri di dekat lampu merah Megaria mencoba menenangkan suasana, tetapi suasana sudah telanjur chaos. Melihat Bang Ali hadir di lokasi sejumlah perwira tergopoh-gopoh mendekat sambil menyimak arahan Bang Ali supaya warga sekitar tidak jadi korban, apalagi di dekat lokasi kerusuhan terdapat bangunan SD yang murid-muridnya sedang belajar.

Dimanakah ‘’tempatnya’’ Ahok waktu dia meminta ribuan aparat keamanan supaya memblokade warga Kalijodo yang kebetulan di lokasinya terdapat segelintir preman saja, dan selebihnya adalah warga sipil biasa, kanak-kanak, para orang-orangtua, perempuan, dan warga yang lemah…? 

Jokowi bekerja, Ahok marah-marah (foto diambil dari hello-pet.com)
Jokowi bekerja, Ahok marah-marah (foto diambil dari hello-pet.com)
Image arogansi kekuasaan adalah citra diri Ahok. Citra diri itu pula yang nampak antara lain ketika kampung Luar Batang digusurnya, ketika dia memaki-maki dan menyebut seorang ibu rumahtangga biasa dengan kata-kata ‘’maling’’ gara-gara complain soal KJP (Kartu Jakarta Pintar), ketika dia bilang (berbohong) bahwa sudah tidak ada ikan di Teluk Jakarta, ketika dia melawan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang menyampaikan hasil temuan Komite Gabungan Reklamasi bahwa Pulau G masuk dalam kategori Pelanggaran Berat karena menabrak banyak aspek.

Selain image arogansi kekuasaan, citra diri lainnya dari Ahok ternyata adalah tabiat NEO-FASISME.

Untuk lari dari substansi persoalan hukum reklamasi Ahok mencoba ‘’memprovokasi’’ untuk berpolemik di media massa dengan Menko Rizal Ramli. Di sisi lain Ahok juga terkesan mengadukan persoalan ini ke Presiden Jokowi. Sang Menko Rizal Ramli dengan rileks meminta supaya Ahok jangan cengeng, dengan menarik-narik Bapak Presiden ke kubangan lumpur persoalan yang dibikin oleh Sang Ahok sendiri…

Di kalangan jurnalis beberapa dekade yang lalu ada wartawan senior bernama Mochtar Lubis yang digelari wartawan berkepala granit, wartawan jihad, gara-gara saking tekun dan bersungguh-sungguhnya dia menyampaikan kebenaran di dalam pemberitaan… Rizal Ramli bukan hanya berkepala granit, tetapi juga Menteri Pejuang… Selamanya pejuang, baik ketika di luar dan di dalam kekuasaan.

Jadi, Ahok salah alamat dan kualat mencoba melawan Rizal Ramli, yang mungkin di tahun 1978 Ahok masih pakai celana buntung dan pegang balon mainan warna-warni sambil minum susu kaleng, di saat yang bersamaan Rizal Ramli sudah dikejar-kejar Soeharto karena menentang kediktatoran dan ketidakadilan, dan untuk nilai-nilai kebenaran itu Rizal dipenjarakan oleh rezim fasis Soeharto.

Dimanakah ‘’tempatnya’’ Ahok sekarang? Benarkah citra dirinya adalah sosok anti korupsi seperti yang disangka-sangka sebelumnya oleh banyak kalangan, ketika di kaki dan tangannya kini menggelantung dua kasus besar yaitu Kasus Reklamasi dan Kasus Rumah Sakit Sumber Waras, yang terus mengikutinya kemanapun dia melangkah…

Dukungan terhadap citra dirinya yang arogan dan neofasis nampaknya hanya berkutat di dunia maya atau dunia sosmed, itu pun hanya dilakukan oleh segelintir atau sekelompok ‘’TERORIS’’ SOSMED belaka. **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun