Mohon tunggu...
Anakhadi
Anakhadi Mohon Tunggu... Editor - Ayah dari Sibad dan Suami dari Anayaka

ini tentang celoteh ku, dalam melihat kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Kabar Amplop

26 Mei 2013   19:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:59 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13695728551733392046

Istilah uang “jale” atau uang amplop memang sangat familiar bukan hanya didunia perpolitikan saja bahkan dikalangan wartawan. Hal ini dikarenakan ulah narasumber nakal yang menginginkan pemberitaan sesuai dengan apa yang ia harapkan, tujuannya berbeda-beda ada yang supaya dia terkenal atau tetap eksis dijagat hiburan seperti Farhat Abbas, Nazzar Musdalifah bahkan seorang Roy Suryo pun melakukan praktek “Jale”.

Namun tak ada asap jika tak ada api, mentalitas para wartawanlah yang seharusnya dipertanyakan dalam menjalankan kerja-kerja redaksi. Apakah menjalakannya dengan hati dan logika ataukah “ada uang abang beritakan ga ada uang sorry la yaw”.

Tentu kita masih ingat dengan sosok kontroversial Nazzar Musdalifah. Pada beberapa bulan yang lalu hampir setiap hari muka mereka muncul dilayarkaca televisi, apapun yang mereka lakukan pasti diberitakan, kalau perlu media membuat settingan supaya dia terus eksis, apapun kalau ada uang semua lancar.

Ternyata dibalik itu semua uang “jale” sangat berperan, hanya sekedar informasi untuk setiap peliputan nazzar musdalifah maka wartawan akan mendapatkan uang “jale” berkisar antara 300.000 sampai 750.000 rupiah, tergantung dari jenis medianya apakah cetak ataukah elektronik.

“Uang ‘jale”’itu seperti orang makan jengkol, enak bikin ketagihan tapi baunya ga ketulungan malu-maluin,” ujar soekardi ketua buruh tulis salah satu media (26/05). Walaupun kita masih mandapatkan upah yang tidak sebanding dengan pekerjaan kita apakah kita harus menjadi budak narasumber nakal, yang justru memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi si penerima informasi, karena berkat media orang bisa disayang, dihormati bahkan dibenci, imbuhnya.

Tentunya dunia jurnalis tak selamanya menghamba terhadap para pemilik harta dan tahta, masih banyak puls yang memiliki idealisme dalam menjalankan kerja-kerja redaksinya. Walaupun pundit-pundi “jale” akan selalu menggoda disetiap tanggal tua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun