Mohon tunggu...
Andri Rosita
Andri Rosita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Bidan dan petugas Promosi Kesehatan di Puskesmas Poncowarno. Ibu rumah tangga dan penggila drama korea.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Wayang Mbeling; Abimanyu Gugur

27 Februari 2012   17:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:51 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri Wirata tengah memiliki hajat besar yaitu sayembara mencari suami untuk dewi Utari. Dewi Utari adalah putri dari raja kerajaan Wirata. Usianya sudah seumur dengan kakeknya, jangan tanya saya umur kakeknya berapa jaman itu belum ada e-KTP dan Akte. Tapi kira-kira anda bayangkan saja kira-kira yang disebut kakek itu tuanya seberapa. Meski berusia seumuran kakeknya, dewi Utari tetap berwajah unyu-unyu. Mungkin versi Return of The Condor Heroisnya ya seperti Bibi Lung lah. Masih ayu dan seksi.

Tak ayal banyak ksatria yang berdatangan untuk ambil bagian dalam sayembara itu. Apalagi tantangannya cukup mudah, mengangkat dewi Utari. Diantara ribuan bahkan jutaan kesatria, nampak juga Pandawa turut serta ambil bagian dalam sayembara itu.

“Salah satu dari kita harus bisa memenangkan sayembara ini dan menikah dengan dewi Utari” Kata si Don Juan Arjuna.

“Kakang, beri kesempatan pada kami dahulu. Koleksi kami kan masih sedikit. Sedangkan kakang, tidak perlu pake minyak wangi yang ada diiklan itu sudah bisa membuat bidadari minta dikencani” Kali ini Nakula dan Sadewa yang berkata.

“Tentu saja, adik. Silahkan. Ingat tujuan kita menikahi dewi Utari adalah untuk menggalang kekuatan politik. Kurawa sudah siap menyerang kita.” Jawab Arjuna bijaksana.

Akhirnya satu persatu dari Pandawa mencoba. Namun rupanya dewi Utari tidak seringan berat badannya. Meski secara kasat mata dewi Utari terlihat seksi dan proporsional indeks masa tubuhnya, tetapi ketika diangkat berat sekali. Seolah-olah dewi Utari ini arca yang terbuat dari batu. Bahkan seorang Bima yang bodynya lebih besar dari Ade Rai saja tidak mampu mengangkatnya.

Di kejauhan, prabu Kresna melihat kegagalan Pandawa dalam sayembara tersebut. Dia kemudian berinisiatif meminta Abimanyu untuk turut berpartisipasi.

“Abi…kemarilah. Kuberi kau tips dan trik memnangkan sayembara itu. Turut sertalah dalam sayembara itu dan bawa pulang Utari.”

“Hah!!! Gak salah om?”

“Kenapa harus Abi? Kenapa bukan papa Juna?”

“Dia sudah tua, Bi. Regenerasi. Kamu juga gak kalah sama papahmu, masih unyu-unyu lagi. Bribda Saiful Bahri lewat deh. Sudah sini, Om bisikin tips dan trik memenangkan sayembara.”

Abimanyupun menurut. Dan benar apa yang dikatakan Kresna. Tips dan triknya berhasil. Dengan mudah, abimanyu berhasil mengangkat dewi Utari. Artinya, Abimanyulah pemenangnya.

“Selamat anakku, kamu menuruni bakat papah untuk jadi Don Juan. Papah bangga padamu”.Arjuna tersenyum bangga ditepuk-tepunya punggung putranya. Hidung Abimanyu kembang kempis sangking ge-er nya.

Seperti yang telah disepakati, maka Abimanyu berhak menikahi dewi Utari. Seperti layaknya penganten baru. Mereka berdua memadu kasih dibawah sinar rembulan.

“Dinda Utari, pujaan hatiku. Kini kita telah menjadi suami istri. Namun mengapa wajahmu masih bermuram durja, apa gerangan yang kau pikirkan?”

“Entahlah. Rasanya hati ini masih belum tenang.”

“Apa kau ragu padaku, dinda? Aku benar-benar mencintaimu. Aku tulus. Cintaku kepadamu bagaikan bola salju.”

“Abi..Rupanya kau sudah mewarisi sifat ayahmu. Tidak cukup hanya dengan satu wanita. Sundari istrimu menanti dirumah.” Abimanyu hafal suara cempreng itu. Itu suara Kalabendana, pamannya. Haduh..ngapain sih paman gangguin gue aje, batin

“Kau tidak sedang membohongiku, Abi? Apa benar kau tidak seperti ayahmu yang memiliki banyak perempuan?” Dewi Utari yang sejak awal sangsi pada Abimanyu semakin sangsi setelah melihat kedat Abimanyunga Kalabendana

“Tentu saja, dinda. Aku ini masih perjaka. Kau tidak percay? Saksikanlah aku bersumpah. Aku rela mati tercabik-cabik di medan Barathayuda jika aku membohongimu tentang status pernikahanku!

Jederrr…jederrrr….jedrerrrrr byar-pet byar-pet…..back graound berupa kilat dan petir mengiringi sumpah Abimanyu.

Sementara itu laporan breaking news dari medan perang Barathayudha dikabarkan bahwa Pandawa berada di atas angin. Dengan deretan ksatria tangguh yang membac-up ditambah formasi Cakrawyuha, membuat pasukan Pandawa tak mudah di tembus. Gugurnya resi Bishma ditangan Srikandi membuat Kurawa semakin panik tingkat propinsi. Duryudana murka. Sangking murkanya dia bahkan ingin turut turun dalam medan laga.

“Sabar, anakku. Kau adalah seorang raja. Tidak sepantasnya, Raja turun langsung dalam peprangan selagi masih ada kami. Percayakan padaku. Angkatlah aku menjadi panglima perang, dan akan kupersembahkan kemenangan untukmu” Durna, sang penasihat Raja memberikan wacananya. Duryudana bimbang. Resi Bishma saja gugur ditangan wanita, apalagi Durna. Sebagai guru Pandawa dan Kurawa, semua ilmu strategi perang telah ia turunkan.

“Kau ragu, anakku? Kau anggap aku sama dengan Bishma yang bisa dengan gampang tumbang oleh seorang perempuan? Aku beda dengan bujang lapuk itu. Sudah percayakan saja padaku.” Akhirnya Duryudana menyerah. Ia memberikan kekuasaan penuh pada Resi Durna.

Durna kemudian menyusun siasat untuk menhancurkan formasi Pandawa. Dia menggunakan siasat 1-1. Artinya, satu persatu sayap formasi dipisahkan dari bagiannya sehingga kubu tengah kurang pertahanan. Dalam konsdisi seerti itu, benteng pertahanan akan mudah ditembus.

Siasat Durna berhasil. Pandawa kelimpungan. Perihal berita terdessknya Pandawa samapai juga di telinga Abimanyu. Maka, Abimanyu memutuskan untuk turun di medan laga membela negerinya sampai titik darah penghabisan. Subdra, ibunya, dan Kunthi, neneknya, yang mengetahui niatan Abimanyu serta merta melarangnya. Namun tekad Abimanyu sudah bulat. Ia tetap akan membela tanah air.

Kedatanga Abimanyu di kurusetra memang sangat berarti. Meski Abimanyu harus kehilangan adiknya namun dia berhasil membunuh Laksmana, anak Duryudana. Mengetahui anaknya mati di tangan Abimanyu, Duryudanapun murka. Ia memerintahkan Durna dan bala kuawauntuk menghabisi Abimanyu. Hutang nyawa di bayar nyawa, tegasnya.

Ternyata rumor bahwa angka 13 adalah angka sial tidak hanya berlaku bagi developer perumahan yang tidak pernah member1 nomer rumah dengan angka itu, tapi juga bagi Abimanyu. Tepat pada hari ke 13 Barathayudha, Abimanyu gugur tercabik-cabik oleh bala kurawa. Makanya, Bi..jangan suka bikin sumpah palsu. Ini akibatnya kalau berani berbohong dibawah sumpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun