Biasanya kebijakan di birokrasi meski bagus akan memakan waktu yang lama. Kenapa? Pastinya sudah pernah mengalami dan trauma. Contohnya adalah mengurus berbagai surat ke pemerintah.
Namun rasa rasanya dimasa Bapak Presiden Jokowi dan Bapak Gubernur Ahok hal hal seperti ini mulai ditinggalkan. Apakah anda termasuk yang kangen dengan kepemimpinan mereka?
Boleh saja kita merasa tidak senang dengan mereka atau mengganggap pencitraan saja. Namun bila masuk melihat pribadi keduanya secara langsung, kita melihat rasa itu. Ya, rasa berani tampil diatas kepentingan yang lain.
Buktikan saja, seorang Presiden mencuit langsung larangan Gojek. Kemudian, seorang Gubernur Bapak Ahok yang bongkar langsung got sepanjang Jakarta dengan tidak peduli dengan kemacetan yang didera dan dideru kendaraan.
Rasanya itu lebih penting dilakukan seorang pemimpin dibanding memberi pendapat hal hal gorengan isu politik yang memuakkan.
Buktinya mulai terasa dengan cepat dan segera. Mulai dengan melepas kejenuhan kemacetan, juga banjir yang biasanya merata di Ibukota.
Kerja kerja yang memberi solusi kejenuhan rakyat, namun secara tidak sadar juga tektok menyelesaikan permasalahan lainnya. Artinya jadi pemimpin hari ini, kalau hanya menyuruh anak buah dan tidak melihat langsung dan tegas, maka jaman dulu akan terulang lagi.
Ini menjadi tantangan bagi setiap orang yang berniat menjadi pemimpin sekarang. Antara mementingkan birokrasi dan membuat kebijakan yang disukai masyarakat. Kebijakan yang langsung hari ini dan mengubah nasib mereka.
Tantangan suksesi kepemimpinan atau pilkada serentak kedepan adalah mencari calon pemimpin yang dapat mengakselerasi percepatan dunia kebijakan dan kebutuhan yang segera dirasakan oleh masyarakat. Mau coba?
Contoh: Kebijakan seperti membolehkan Ojek Online adalah pembenahan yang berani dan terwujud rasa baru dalam paradigma dunia transportasi kita. Dunia transportasi yang transparan dan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Ada pola keberanian langsung dalam praktek keputusan politik, tidak digoreng lama lama, menyudutkan sana sini. Namun Bapak Presiden dan Bapak Gubernur langsung berani mengambil resiko.