Setiap pagi, tayangan televisi menyuguhkan sajian berita. Dikemas dalam gaya berbeda. Sebagian lain menayangkan acara off air, dalam ragam kemasan. Tentunya, tayangan favoritku adalah 8-11 show, apa kabar indonesia, serta TVRI. Meski aku sebenarnya bukanlah penyuka fanatis media ini. Beruntung bagiku, selalu ada waktu untuk menontonnya di pagi hari. Atau hanya menengok sekedarnya, beberapa acara di puluhan chanel televisi. Hari itu, terasa berbeda, ada yang ganjil pada chanel televisiku. Aku memang pengguna layanan teve kabel, meski hanya paket minimalis. Beberapa saluran televisiku berubah. Selain ada beberapa nama saluran televisi baru, urutannya juga berbeda. Aku mengingat apa semalam aku melakukan seting ulang. Aku yakin tidak melakukannya. Tapi ada yang berbeda kali ini. Biasanya, berdasarkan urutan, ada saluran ANteve pada saluran dua, kemudian TVOne, TVRI, JakTV, MetroTV. Disambung dengan chanel Trans7, kemudian Trans TV, SCTV, Indosiar, QTv, RCTI. Beberapa saluran teve berbayar lainnya, kemudian saluran Indosiar, MNCTV dan RCTI. Kali ini, setelah saluran TVOne, nampak saluran Berita Satu TV, stasiun berita yang kabarnya dulu adalah QTV. "Lantas kemana TVRI," pikirku. Aku Menelusuri satu persatu chanel di TV kabelku, kucari TVRI, dimana dia. Rupanya dia bergeser jauh pada urutan bawah. Ada di urutan ke sekian puluh. "Sial, meski saluran TV kuno dan tua, aku tetap butuh berita, tayangan TVRI." "Sial, kenapa berubah-berubah sendiri urutan chanel stasiun televisiku," aku menggerutu. Lain halnya pada saluran 22, kutemukan KTV, singkatan dari Kompas TV. Kalau stasiun TV ini, aku tak heran. Karena gemanya sudah kencang terdengar. Iklannya pun mendapatkan tempat yang kurasa terbilang ekslusif di harian Kompas. Menonton tayangan televisi melalui televisi kabel bukanlah hal yang luar biasa, terkadang malah menjengkelkan. Ada puluhan stasiun televisi dalam layanannya. Terkadang membingungkan untuk memilih stasiun televisi mana yang ingin kutonton. Aku memasang layanan teve kabel, karena terpaksa. Wilayahku, meski di Jakarta, sulit untuk bisa menangkap tayangan televisi melalui antena televisi biasa. Di luar itu, aku tetap merindukan televisi yang menemani masa-masa kecilku beranjak dewasa, TVRI. Aku tetap rindu TVRI, di tengah banyaknya televisi swasta, baik yang lama maupun yang baru. Menonton TVRI, setidaknya memberiku dua pemahaman. Maklum pengetahuanku terbatas, jadi hanya bisa memaknai dalam dua hal. Mungkin anda punya pemahaman lain yang bisa jadi lebih jitu, intelektual dan rasional. Pertama, TVRI mengingatkanku bahwa indonesia pernah ada pada masa itu. Masa dimana hanya ada satu-satunya tayangan televisi nasional. Kedua, menonton TVRI, memberiku pemahaman bahwa media elektronik Indonesia sudah sangat berkembang. Tentunya, hal ini jika diperbandingkan dengan banyaknya stasiun televisi swasta yang ada saat ini. Aku yakin, wajah media di Indonesia akan terus berkembang, dan tak lupa mendorong pendahulunya, TVRI, agar bisa berkembang pula. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H