Mohon tunggu...
Lusi Luthi
Lusi Luthi Mohon Tunggu... lainnya -

If you act with kindness, you will become a kind person. If you smile, you will become a warm and loving person. -Rebbetzin Esther Jungreis-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rakyat Menanti Kejujuran

9 Mei 2014   22:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:40 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jangan salahkan Jokowi, Jangan salahkan relawan yang menjadi semakin murka atas  segala  kemunafikan,

Rasa muak rakyat Indonesia terhadap  kaum ,konglomerat, Mediokrat dan Para  Elit  religious, para kaum yang merasa paling Rohani seakan akan tidak memiliki kemampuan memanipulasi umat dengan kotbah-kotbah yang tidak suci lagi.

Jangan heran Jika, Sebuah peradaban  sedang dimulai, peradaban Jaman Digital dan Informasi Global. Masih banyak orang bermimpi  dan bahkan tertidur dalam bayang –bayang masa lalu.
bayang –bayang berupa  penyakit delusipnal  yang berasal dari  ketidak mampuan mencapai tingkat aktualisasi diri..

Mengapa seakan-akan segala usaha bagaikan menjaring angin?

Saya tadinya  begitu bersemangat untuk ikut dalam pesta  rakyat untuk memilih Presiden. Ada sebuah rasa sukacita ketika saya menyadari Rakyat Indonesia kini sudah tahu apa yang menajdi pilihannya.

Semua orang tahu Politik itu begitu kotor, politik itu harus menghalalkan segala cara, politik itu penuh dengan penyakit tidak percaya diri.

beragam aliran fanatikpun bermunculan, entah apa namanya, aliran itu dinamai beragam nama. ada yang menyebut Jokowisme,  bahkan sebagian merasa jadi korban dari beragam strempel. Relawan yang dengan suka  rela, yang tulus hati harus menanggung derita yang menyakitkan disebut  relawan Nasi bungkus. Ada yang marah dan tersinggung, membalas, hingga mengata-ngatai Relawan dari kubu yang berseberangan dengan nama yang  hampir sama, yaitu Relawan Nazi bungkus. Relawan yang sudah dicuci otaknya seperti pada Jaman Nazi Di Jerman.

Sangat mengerikan, perang  antar relawan  sepertinya tidak pernah berakhir, masing –masing kubu muncul dengan emosi yang meluap dari rasa ketakutan.

Bangsa ini seakan-akan menjadi  bangsa yang  terkurung dalam ketakutan, seakan-akan dengan menusuk lawan dengan pedang-pedang hitam adalah Jalan keluar.

Tidak banyak yang dapat dilakukan karena memang  inilah produk  kehidupan Sebuah Negara yang lahir  lebih dari 67 tahun yang lalu,

Jokowipun menyadari bahwa Revolusi mental ,itu yang diperlukan oleh Negara. Lantas bagaimana merevolusi mental Jika  setiap partai politik berusaha untuk saling tawar menawar dan menutupi segala upaya win-win solution dibalik layar?

Mengapa harus ada beragam rapat dibalik pintu tertutup?

Diera   Digital dan Informasi  Global,, tidak perlu lagi ada rapat-rapat dibalik pintu tertutup.

Karena hanya menunjukkan  Krisis percaya diri yang berlebihan.

Hanya tinggal selangkah untuk memenangkan pertandingan, yang dinantikan oleh Rakyat tetap sama , ketulusan dan kejujuran.

Hilangkan Budaya rapat-rapat dibalik pintu tertutup, karena hanya akan mengijinkan kegelapan bersembunyi dibalik Meja.

Karena siapa yang mengijinkan  terang untuk menyala, maka Dialah yang akan mampu menampung cahaya Matahari yang bersinar.

Kejujuran, Transparansi dan kesederhanaan , itu yang tetap akan menjadi pemenang!

Pray For Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun