Jangan salahkan Jokowi, Jangan salahkan relawan yang menjadi semakin murka atas  segala  kemunafikan,
Rasa muak rakyat Indonesia terhadap kaum ,konglomerat, Mediokrat dan Para Elit  religious, para kaum yang merasa paling Rohani seakan akan tidak memiliki kemampuan memanipulasi umat dengan kotbah-kotbah yang tidak suci lagi.
Jangan heran Jika, Sebuah peradaban sedang dimulai, peradaban Jaman Digital dan Informasi Global. Masih banyak orang bermimpi dan bahkan tertidur dalam bayang –bayang masa lalu.
bayang –bayang berupa penyakit delusipnal  yang berasal dari ketidak mampuan mencapai tingkat aktualisasi diri..
Mengapa seakan-akan segala usaha bagaikan menjaring angin?
Saya tadinya begitu bersemangat untuk ikut dalam pesta rakyat untuk memilih Presiden. Ada sebuah rasa sukacita ketika saya menyadari Rakyat Indonesia kini sudah tahu apa yang menajdi pilihannya.
Semua orang tahu Politik itu begitu kotor, politik itu harus menghalalkan segala cara, politik itu penuh dengan penyakit tidak percaya diri.
beragam aliran fanatikpun bermunculan, entah apa namanya, aliran itu dinamai beragam nama. ada yang menyebut Jokowisme,  bahkan sebagian merasa jadi korban dari beragam strempel. Relawan yang dengan suka  rela, yang tulus hati harus menanggung derita yang menyakitkan disebut relawan Nasi bungkus. Ada yang marah dan tersinggung, membalas, hingga mengata-ngatai Relawan dari kubu yang berseberangan dengan nama yang  hampir sama, yaitu Relawan Nazi bungkus. Relawan yang sudah dicuci otaknya seperti pada Jaman Nazi Di Jerman.
Sangat mengerikan, perang antar relawan sepertinya tidak pernah berakhir, masing –masing kubu muncul dengan emosi yang meluap dari rasa ketakutan.
Bangsa ini seakan-akan menjadi bangsa yang terkurung dalam ketakutan, seakan-akan dengan menusuk lawan dengan pedang-pedang hitam adalah Jalan keluar.
Tidak banyak yang dapat dilakukan karena memang inilah produk kehidupan Sebuah Negara yang lahir lebih dari 67 tahun yang lalu,
Jokowipun menyadari bahwa Revolusi mental ,itu yang diperlukan oleh Negara. Lantas bagaimana merevolusi mental Jika  setiap partai politik berusaha untuk saling tawar menawar dan menutupi segala upaya win-win solution dibalik layar?
Mengapa harus ada beragam rapat dibalik pintu tertutup?
Diera  Digital dan Informasi Global,, tidak perlu lagi ada rapat-rapat dibalik pintu tertutup.
Karena hanya menunjukkan Krisis percaya diri yang berlebihan.
Hanya tinggal selangkah untuk memenangkan pertandingan, yang dinantikan oleh Rakyat tetap sama , ketulusan dan kejujuran.
Hilangkan Budaya rapat-rapat dibalik pintu tertutup, karena hanya akan mengijinkan kegelapan bersembunyi dibalik Meja.
Karena siapa yang mengijinkan  terang untuk menyala, maka Dialah yang akan mampu menampung cahaya Matahari yang bersinar.
Kejujuran, Transparansi dan kesederhanaan , itu yang tetap akan menjadi pemenang!
Pray For Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H