Mohon tunggu...
ana kartika
ana kartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - hi! :) Selamat datang dan selamat membaca

individu yang sedang belajar mengungkapkan pikirannya lewat tulisan, jadi mohon dimaklumi apabila terdapat banyak kekurangan dan kekakuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Kembali Perjalanan Pendidikan Nasional untuk Memaknai Peran Guru dalam Upaya Mendidik Menyeluruh

5 Oktober 2023   01:52 Diperbarui: 5 Oktober 2023   14:33 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Para pendidik yang berbahagia, sebelum memutuskan untuk menjadi seorang guru, apakah ada hal yang menjadi titik balik dibalik keputusan tersebut? Mari sejenak kita mengingat bagaimana perjalanan pendidikan nasional Indonesia untuk kembali memahami, memaknai, dan menghayati peran sebagai pendidik.

Pendidikan di Indonesia sudah ada bahkan sejak masa kerajaan nusantara masih berdiri, pada kala itu pengajaran  berfokus pada ilmu keagamaan dan kesusastraan. Pendidikan formal mulai muncul dan diterapkan di Indonesia pada masa kolonial Belanda, namun sekolah-sekolah yang dibangun hanyalah kedok untuk kepentingan bangsa kolonial saja. Sistem pendidikan yang ditanam adalah 'perintah-hukuman-ketertiban'.

Ki Hadjar Dewantara muncul dengan pemikiran dan cita-cita luhur pendidikan Indonesia melalui pendirian Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922. Beliau memprakarsai sekolah tersebut untuk memerdekakan belajar seluruh kalangan masyarakat Indonesia, sekolah yang mengedepankan karakter membangun peradaban nasional.

Pendidikan yang diusung mendukung peserta didik menjadi manusia yang merdeka secara lahiriah dan batiniah di dalam lingkup masyarakat. Para pendidik menekankan pada sistem among, mendukung pendidikan sebagai upaya perubahan perilaku yang dicerminkan dari perkembangan budi pekerti dan jasmani yang seimbang, melalui kegiatan menajamkan cipta, mengahaluskan rasa, menajamkan karsa, dan olah raga.

Esensi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun peserta didik untuk belajar sesuai dengan kodratnya, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setingginya-tingginya. Dalam potongan semboyannya, "Tut wuri handayani", Ki Hadjar menjabarkan bahwa seorang pendidik harus senantiasa memberi motivasi dan kesempatan bagi peserta didik untuk merdeka dan mandiri dalam upaya menguatkan potensi diri.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara merupakan cita-cita luhur yang hingga saat ini masih relevan, bisa dimaknai kembali dan diimplementasikan dalam pembelajaran abad 21. Pendidik dapat mewujudkan cita-cita tersebut dengan asas trikon. Pendidikan harus kontinuitas (berkelanjutan) dalam menghadapi perkembangan yang dinamis, mengedepankan budaya dan karakter sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam, kontekstual, serta relevan dengan tuntutan masyarakat.

Adanya keragaman latar belakang peserta didik disikapi dengan konvergensi (menghargai keragaman) untuk memperkuat identitas masing-masing budaya, mengantarkan mereka pada konsentris pendidikan yang mewujudkan nilai-nilai kemanusian secara utuh dan memerdekakan kesempatan belajar sepenuhnya.

Pengetahuan dan pengalaman baru yang didapat dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara ini akan saya terapkan untuk memaksimalkan peran sebagai pendidik. Mencurahkan perhatian bukan hanya pada tujuan intelektualitas saja, namun juga pada pendidikan karakter yang difokuskan melalui penguatan profil pelajar pancasila.

Semboyan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani dapat dimaknai kembali dengan konsep pendidikan yang memerdekakan dan berpihak pada peserta didik. Pendidik memberi teladan, semangat, motivasi, dorongan untuk mengasah potensi diri peserta didik dan keterampilan penting yang menjadi tuntutan perubahan abad 21 yang serba dinamis, yaitu 4C (critical thinking, creativity, communicaition, collaboration). Peserta didik mengikuti tuntunan tersebut sebagai manusia yang merdeka dalam memilih jalan dan cita-citanya sendiri, menjadi bagian masyarakat dengan selamat dan bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun